Oleh Muhammad Hajazi dan Apriadi Gunawan

Sejumlah pengurus AMAN di berbagai wilayah dan daerah, gencar melaksanakan sosialisasi vaksinasi Covid-19 bagi Masyarakat Adat untuk mencegah terjadinya penularan yang masif mengingat masih terbatasnya akses vaksin bagi Masyarakat Adat. Sosialisasi yang dilakukan AMAN melalui kolaborasi Tim Satuan Tugas (Satgas) AMANkanCovid19 itu, dilakukan hingga ke tingkat komunitas atau kampung.

Ketua BPH AMAN Daerah Lombok Tengah Hj. Baiq Muliati menyatakan bahwa sosialisasi vaksinasi sangat penting untuk menangkal maraknya berita bohong (hoax) dari efek vaksin. Ia mengungkapkan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Tim AMANkanCovid19 untuk sosialisasi terkait vaksinasi sampai ke tingkat komunitas di sana, yaitu Komunitas Masyarakat Adat Mantang di Desa Bujak, Kecamatan Batukliang dan Komunitas Masyarakat Adat Langko di Desa Langko, Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurutnya, pelaksanaan kegiatan sosialisasi di kedua komunitas Masyarakat Adat itu, sangat diperlukan karena intensitas penyebaran berita bohong terkait Covid-19 yang relatif tinggi.

“Semoga sosialisasi vaksin ini bermanfaat sekaligus mencerahkan,” ungkap Hj. Baiq di tengah-tengah penyelenggaraan kegiatan di Desa Bujak pada Jumat (4/2/2022). Ia menilai bahwa vaksin mempunyai peran penting dalam menyelamatkan Masyarakat Adat dari dampak Covid-19.

Sebanyak 53 orang hadir dalam sosialisasi yang dilaksanakan di sebuah aula bangunan yang sehari-hari digunakan untuk kegiatan belajar bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Bujak. Di antara mereka, juga ada perwakilan dari para tokoh adat, masyarakat, kelompok perempuan, dan anak. Hadir juga mantan Dewan Pemuda Adat Nusantara Region Bali-Nusra Lalu Kesuma Jayadi dan dr. M. Farid As'ary S. dari Komunitas Masyarakat Adat Mantang yang sekaligus menjadi narasumber.

Ketua BPH AMAN Wilayah NTB Lalu Prima Wiraputra menyatakan bahwa sosialisasi itu bertujuan untuk memastikan seluruh warga mendapatkan pemahaman yang benar terkait vaksin. Ia berharap aktivitas sosialisasi itu dapat menjadi dasar rujukan bagi berbagai komunitas Masyarakat Adat lain agar tidak termakan berita bohong.

“Hak-hak Masyarakat Adat akan kesehatan dan pendidikan mesti diperhatikan sebagai bagian dari hak warga negara Indonesia," ujarnya.

Dalam pemaparannya, dr. Farid menjelaskan tentang pentingnya vaksinasi sebagai bagian dari ikhtiar bersama untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Ia menegaskan bahwa kita sebaiknya jangan takut divaksin sebab akan ada tindakan screening (pengecekan) terlebih dahulu untuk menentukan layak atau tidaknya seseorang menerima vaksin dosis pertama maupun kedua. Begitu juga dengan vaksin lanjutan atau booster.

Sementara itu, Solfani, Sekretaris PW AMAN Kalimantan Selatan, mengatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan kegiatan sosialisasi vaksin Covid-19 di dua daerah komunitas Masyarakat Adat yang berbeda di Kabupaten Tanah Bumbu dan Tabalong. Ia menyebut sosialisasi vaksin di Tanah Bumbu, telah dilaksanakan di Balai Alut, Desa Gunung Raya, Kecamatan Mentewe pada Jumat, 7 Januari 2022. Sedangkan di Tabalong, pelaksanaan dilakukan di Balai Adat Kampung Sepuluh, Desa Pangelak, Kecamatan Upau pada Kamis, 27 Januari 2022.

Solfani menyatakan bahwa minat Masyarakat Adat untuk mengikuti sosialisasi itu, menunjukkan antusiasime yang tinggi. Hal tersebut kemudian diiringi dengan meningkatnya jumlah Masyarakat Adat yang divaksin.

“Awalnya, banyak Masyarakat Adat di Alut yang menolak untuk divaksin. Namun, setelah kita beri penjelasan, akhirnya mereka mau divaksin,” kata Solfani. Partisipasi warga yang divaksin di Kampung Sepuluh, bahkan mencapai 90 persen, sedangkan di Alut mencapai 70 persen.

Solfani mengatakan bahwa pihaknya berencana akan terus melaksanakan sosialisasi tentang vaksinasi ke lapisan Masyarakat Adat.

“Awal bulan Maret, kita sosialisasi vaksin di Komunitas Masyarakat Adat Maniani, Kecamatan Mantewe,” katanya.

Ketua Tanggap Darurat AMAN Annas Radin Syarif mengatakan bahwa secara umum, ada peningkatan kasus Covid-19 di daerah sejak kemunculan virus varian Omicron. Namun, berdasarkan rapat koordinasi, kasus virus itu belum ditemukan datanya di tingkat komunitas Masyarakat Adat.

“Ini disebabkan karena kasus Covid-19 di Masyarakat Adat, kurang dilaporkan secara resmi akibat terkendala kondisi geografis, sehingga Masyarakat Adat belum banyak yang melaporkan kasus Covid-19 dari wilayah adat mereka,” kata Annas agar publik tidak salah menduga bahwa ketiadaan data bukan berarti tidak ada kasus.

Annas menjelaskan bahwa AMAN secara organisasi, - terutama, sejak kemunculan Omicron yang menandai gelombang ketiga pandemi - sudah mempunyai rencana tindak lanjut dalam upaya membekali Masyarakat Adat dengan peralatan medis, seperti masker atau tabung oksigen bagi yang memerlukan. Selain itu, AMAN terus mendorong vaksinasi bagi Masyarakat Adat.

“Dari rapat koordinasi, tingkat vaksinasi di Masyarakat Adat belum banyak,” ujarnya.

Annas menyebut bahwa berdasarkan data, ada 119.728 orang Masyarakat Adat yang sudah mendapatkan vaksinasi. Data itu pun terus diperbarui mengingat komunikasi jarak jauh yang menantang. “Masyarakat Adat yang jauh dari perkotaan, masih banyak yang tidak mau divaksin. Penyebabnya karena termakan berita hoax. Kemudian, masih Sangsi atau ragu-ragu untuk ikut vaksin, karena merasa belum terasa dampaknya selama ini di beberapa Masyarakat Adat.”

Tapi, secara budaya, ungkap Annas, vaksinasi tidak serta merta ditolak oleh Masyarakat Adat. Kita dapat merujuk pengalaman kawan-kawan AMANkanCovid19 pada situasi di Kampung Baduy di Banten. Annas menyebut, vaksinasi terhadap Masyarakat Adat Baduy dilakukan secara khusus, di mana hasilnya mencapai 195 orang yang kemudian bersedia untuk divaksin. Padahal, sebelumnya, orang-orang beranggapan bahwa mereka tidak mau divaksin. Kenyataannya, bukan tidak mau, tetapi akses terhadap informasi maupun akses terhadap vaksin, belum disesuaikan dengan kondisi khusus mereka.

“Intinya, Masyarakat Adat saat ini harus diupayakan untuk terus dilakukan sosialisasi yang lebih bijak untuk mencegah gelombang ketiga dan mendorong vaksinasi yang lebih cepat, sehingga pemerataan vaksin bisa berjalan dengan baik di Masyarakat Adat,” papar Annas.

***

Muhammad Hajazi adalah jurnalis rakyat sekaligus staf Infokom AMAN NTB.

Tag : Vaksin Masyarakat Adat AMANkanCovid19 Covid19 PD AMAN Lombok Tengah