Oleh Apriadi Gunawan

Meiliana Yumi rela mengikuti antrian vaksin Covid-19 di Puskesmas Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Namun, perempuan adat berusia 42 tahun tersebut gagal divaksin hari itu.

“Saya sudah capek antri dari pagi hingga sore di Puskesmas. Dibilang, vaksin habis. Disuruh datang besok, ternyata juga habis,” katanya dengan nada lirih pada Senin (7/3/2022).

Selama seminggu, meski tak dapat vaksin, Yumi tetap berusaha. Ia tidak menyerah. Dewan Nasional PEREMPUAN AMAN Region Sumatera itu pun terus berusaha mencari informasi vaksin di tempat lain. Usahanya tak sia-sia ketika didengarnya ada program vaksinasi di Komando Daerah Militer (Kodam) I/Bukit Barisan. Ia akhirnya ikut vaksin yang difasilitasi oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).

“Kebetuan ada program vaksinasi dari Kodam I/Bukit Barisan, saya ikut. Alhamdulillah, sekarang saya sudah divaksin,” katanya saat menceritakan pengalaman mendapatkan vaksin.

Yumi mengaku telah selesai divaksin kedua pada September 2021. Sejak itu, dirinya berupaya memperjuangkan warga Masyarakat Adat lain di kampungnya untuk divaksin. Ia mendatangi Kodam I/Bukit Barisan untuk memohon agar program vaksinasi bisa menjangkau masyarakat sampai ke desa. Upayanya tidak sia-sia. Pada November 2021, pihak Kodam I/Bukit Barisan bersama perangkat desa setempat melaksanakan program vaksinasi terhadap Masyarakat Adat di Kampong Menteng Tualang Pusu, Kecamatan Percut Sei Tuan.

Yumi mengaku bahwa keinginan Masyarakat Adat di sana untuk ikut vaksin, relatif tinggi. “Dari 780 jumlah penduduk, hampir 90 persen-nya sudah menerima vaksin dosis kedua,” katanya sumringah.

Ia menyebut pelaksanaan vaksinasi dosis kedua telah berlangsung pada Januari 2022, sementara bagi warga yang belum divaksin - mengacu pada arahan dari kantor desa setempat - dapat langsung ke Puskesmas. Meski begitu, Yumi mengaku kalau ada sebagian kecil warganya yang hingga kini belum divaksin.

Tidak mudah mendorong Masyarakat Adat untuk ikut vaksinasi, ungkap Yumi. Awalnya, banyak yang menolak dengan alasan kalau mereka punya berbagai penyakit dan sudah lansia. Namun, Yumi bersama para pengurus AMAN dan PEREMPUAN AMAN setempat tetap gencar melakukan sosialisasi hingga banyak warga paham dan bersedia divaksin.

Menurutnya, pada awalnya, alasan utama warga bersedia ikut vaksin, adalah agar bisa memenuhi syarat untuk bersekolah dan bekerja.

“Itulah (alasan) Masyarakat Adat di sini (awalnya) mau divaksin, (yaitu karena) adanya syarat dari sekolah. Jadi, bukan karena kesadaran sendiri, tapi karena tuntutan itu tadi,” katanya.

Yumi mengutarakan bahwa sejauh ini efek vaksin terhadap Masyarakat Adat, tidak ada yang menonjol. Umumnya, setelah menerima vaksin dosis kedua, banyak warga yang mengalami demam saja.

“Kebanyakan, itu (demam) keluhannya, tapi alhamdulillah sudah sehat semua. Tidak ada efek vaksin yang parah,” ujarnya.

Hal yang sama dirasakan oleh Masyarakat Adat Baduy di Desa Kanekes, Lebak, Banten. Sejauh ini, belum ada laporan dari Masyarakat Adat Baduy yang mengalami efek samping serius usai divaksin.

Henriana Hatra mewakili Badan Pengurus Harian (BPH) AMAN Banten Kidul mengatakan bahwa pelaksanaan vaksinasi terhadap Masyarakat Adat Baduy, masih terus dilakukan dan belum ada yang mengalami efek samping serius, kecuali demam.

Ia menyatakan, minat Masyarakat Adat Baduy untuk mengikuti vaksin, masih rendah karena yang baru terealisasi hanya lima persen dari target vaksin 6.890 warga, termasuk di dalam angka itu adalah pula warga Masyarakat Adat Baduy.

Dede Herdiansyah, Kepala Puskesmas Cisimeut di Kecamatan Leuwidamar, menyebut bahwa hingga saat ini, Masyarakat Adat Baduy yang telah divaksin mencapai 187 orang.

“Kami melakukan vaksinasi ke Masyarakat Adat Baduy Luar dan Dalam di Desa Kenekes,” katanya.

Menjawab kabar yang beredar terkait adanya video anak adat dari Masyarakat Adat Baduy yang kebal disuntik vaksin, Dede menegaskan bahwa itu tidak benar. “Kami tidak menemukan ada orang Baduy yang kami suntik, kebal,” katanya.

Di Kalimantan Selatan, animo Masyarakat Adat yang ikut vaksin juga tinggi berdasarkan data yang disampaikan oleh Syahliwan, Ketua BPH AMAN Hulu Sungai Tengah. Menurutnya, itu adalah dampak dari sosialisasi yang dilakukan atas kerja sama AMAN bersama Pemerintah Daerah dan TNI/Polri.

Syahliwan menambahkan, selain sosialisasi, ada juga surat edaran dari bupati yang mewajibkan vaksin bagi penerima bansos dari APBN dan APBD.

“Ini salah satu faktor yang mendorong Masyarakat Adat antusias ikut vaksin hingga mencapai 50 persen,” katanya.

Ketua BPH AMAN Rejang Lebong Khairul Amin menyebut bahwa hingga 28 Februari 2022, Masyarakat Adat di Rejang Lebong yang telah divaksin mencapai 95 persen. Ia mengatakan bahwa tingginya persentase vaksinasi di kalangan Masyarakat Adat Rejang Lebong, tidak terlepas dari peran Pemerintah Daerah yang telah menggagas Program Gebyar Vaksinasi dengan melibatkan seluruh Puskesmas di sana.

Khairul mengatakan bahwa pihaknya bersyukur mengetahui program itu sukses dalam meraih target vaksinasi.

“Dari delapan komunitas Masyarakat Adat, hanya dua komunitas Masyarakat Adat yang masih di bawah target vaksinasi. Enam komunitas Masyarakat Adat sudah capai target 95 persen,” katanya.

Enam komunitas Masyarakat Adat itu adalah Bandung Marga, Kutei Seguring, Lubuk Kembang, Air Lanang, Cawangan, dan Kayu Manis. Sedangkan dua komunitas yang belum mencapai target, adalah Babakan Baru dan Bangun Jaya dengan capaian vaksinasi 80-90 persen.

Hal yang sama disampaikan oleh Ketua BPH AMAN Gunung Mas di Kalimantan Tengah Thomas Edison. Sejauh ini, masih ada 100 orang Masyarakat Adat di Komunitas Masyarakat Adat Sangal yang belum divaksin karena takut. Sementara yang sudah divaksin, lebih besar jumlahnya mencapai 200 orang.

“Umumnya, mereka belum divaksin karena takut. Baru-baru ini, mereka mendapat informasi ada orang meninggal setelah divaksin,” kata Thomas.  

Ia mengakui bahwa pihaknya telah menggandeng Dinas Kesehatan untuk menjelaskan lebih detail soal vaksin untuk menyasar Masyarakat Adat yang belum divaksin.   

Ketua Tanggap Darurat AMAN Annas Radin Syarif mengatakan, secara umum, animo Masyarakat Adat terhadap vaksinasi Covid-19 saat ini, meningkat. Masyarakat Adat yang sebelumnya ragu, kini mulai menerima vaksin.   

Berdasarkan data yang dihimpun Tim Satgas AMANkanCovid19, vaksinasi di Masyarakat Adat hingga 1 Maret 2022, mencapai 490.961 orang dari 239 komunitas Masyarakat Adat. Sementara itu, AMAN juga pernah mandata warga Masyarakat Adat yang siap untuk divaksin dengan jumlah mencapai 556.892 orang per 10 Agustus 2021 lalu. 

“Meskipun angka capaian vaksinasi Masyarakat Adat mendekati data warga yang siap divaksinasi, namun capaian vaksinasi Masyarakat Adat belum bisa dikatakan sudah mencapai target,” kata Annas.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait capaian vaksinasi Masyarakat Adat, yaitu jumlah anggota AMAN yang saat ini mencapai 2.373 komunitas Masyarakat Adat dengan populasi sekitar 17 juta orang. Jumlah itu belum ditambah dengan Masyarakat Adat yang tidak atau belum menjadi anggota AMAN.  

“Angka capaian vaksinasi yang ada, tentu masih jauh dari jumlah Masyarakat Adat tersebut,” ujar Annas.

Selain itu, belum ada data resmi tentang jumlah Masyarakat Adat di Indonesia, sehingga sulit untuk menentukan apakah capaian vaksinasi di Masyarakat Adat sudah tercapai atau belum.

“Pemerintah belum memisahkan data Masyarakat Adat dengan masyarakat umum dalam proses pencatatan dałam pelaksanaan vaksinasi,” katanya. 

Annas juga menjelaskan bahwa beberapa Masyarakat Adat yang secara geografis sulit diakses oleh tenaga kesehatan, seperti Baduy, Kajang Dalam, Dayak Meratus, dan lain-lain, masih kecil angka capaian vaksinasinya, yaitu empat sampai lima persen.

Ia menerangkan bahwa dengan melihat situasi tersebut, AMAN akan terus mendorong vaksinasi bagi Masyarakat Adat melalui beberapa cara, termasuk memperkuat tim di lapangan untuk gencar melakukan sosialisasi dengan pendekatan khusus sesuai karakteristik sosial-budaya Masyarakat Adat yang bersangkutan, terutama Masyarakat Adat yang mesih rendah capaian vaksinasinya. AMAN juga akan bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang ada di dalam atau sekitar wilayah adat untuk melakukan vaksinasi dengan pendekatan jemput bola, yakni dari pintu ke pintu dan dari kampung ke kampung.

AMAN akan terus mendekatkan pusat layanan vaksinasi ke Masyarakat Adat dengan turut mendukung peralatan medis, logistik, vitamin, obat, dan kebutuhan pendukung lainnya untuk tenaga kesehatan guna membantu vaksinasi di Masyarakat Adat. 

“Untuk Masyarakat Adat yang masih belum menerima vaksinasi, strategi yang digunakan adalah dengan mendorong percepatan vaksinasi di Masyarakat Adat sekitarnya untuk melindungi mereka yang belum di vaksin,” Annas.

***

Tag : AMANkanCovid19 Vaksinasi Masyarakat Adat Emergency Respond