Oleh Michelin Sallata

Untuk pertama kalinya, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) menggelar Kemah Raya Pemuda Adat di masa pandemi Covid-19. Kemah Raya Pemuda Adat yang digelar secara maraton tersebut, merupakan ajang pemanasan jelang Jambore Nasional (JAMNAS) IV BPAN yang akan dilaksanakan secara virtual pada 15-17 Desember 2021.

Kemah Raya tersebut berlangsung di enam region, yaitu Region Jawa pada 11-17 Oktober 2021 di Osing, Region Sumatera pada 20-27 Oktober di Bengkulu, Region Bali-Nusa Tenggara pada 20-27 Oktober 2021 di Lombok, Region Papua pada 30 Oktober-6 November 2021 di Sorong, Region Maluku pada 19-26 November di Hibualamo di Tobelo, Region Kalimantan pada 29 November- 5 Desember di Kobar, dan Region Sulawesi berlangsung di tiga lokasi, yaitu Sulawesi Tenggara 1-7 November di Siuri, Pamona; Sulawesi Utara pada 9-16 November di Ampreng, Minahasa; dan Sulawesi Selatan pada 19-26 November di Banga, Toraya.

Haeruddin, salah seorang peserta Kemah Raya dari Pengurus Daerah BPAN Sinjai mengatakan bahwa pelaksanaan Kemah Raya digelar setiap tiga tahun sekali menjelang JAMNAS BPAN sekaligus menjadi agenda konsolidasi dalam membahas Statuta BPAN, Manifesto, Program Kerja BPAN, serta Maklumat Tanjung Gusta untuk memperkuat pemahaman dan identitas pemuda adat di Nusantara. Tak hanya itu, Haeruddin pun mengutarakan, Kemah Raya juga jadi ajang musyawarah membahas calon Dewan BPAN (DePAN) dan bakal calon Ketua Umum BPAN. Pembahasan itu dilakukan dalam konsolidasi masing-masing Kemah Raya per region.

Haeruddin menjelaskan, selain konsolidasi serta musyawarah, peserta kemah yang berasal dari berbagai komunitas Masyarakat Adat yang ada di seluruh Nusantara, juga menelusuri jejak leluhur yang ada di wilayah adat tuan rumah Kemah Raya. Contoh, di Region Maluku, di mana PD BPAN Hibualamo menjadi tuan rumah, para peserta menelusuri jejak leluhur di Kali Molulu dan Monumen Air Nusantara yang menjadi tempat ditampungnya seluruh air keramat yang berasal dari berbagai lokasi pada 2012 lalu. Sementara itu, di sub-Region Sulawesi Selatan, para pemuda adat mengunjungi Tongkonan Papa Batu Tumakke yang merupakan salah satu rumah adat tertua yang berusia 700 tahun di Masyarakat Adat Toraja. Asal nama dari tongkonan itu merupakan identitas rumah adat yang beratapkan seribu keping batu dan merupakan satu-satunya tongkonan yang beratapkan batu di sana.

“Melalui Kemah Raya ini, pemuda adat bisa memperkuat identitas dan semangat juangnya dalam memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat. Gerakan Pulang Kampung harus diperkuat dan pemuda adat harus menjadi yang terdepan dalam membangun wilayah adatnya agar mandiri secara ekonomi dan berdaulat dari jajahan oligarki,” papar Haeruddin.

Haeruddin menerangkan, Kemah Raya kali ini mengusung tema “Gerakan Pulang Kampung.” Tema itu bertujuan untuk membawa kembali para peserta untuk menelusuri jejak para leluhur, seperti di Toraja mengunjungi Situs Tomanurun di Langi’ yang terletak di Ullin dan Tongkonan Papa Batu Tumakke yang terletak di wilayah adat di Banga serta salah satu gerakan kedaulatan pangan pare ambo’ (padi hitam) di To’ Pao wilayah adat di Talion.

Ketua PD BPAN Gowa Aldi menyatakan bahwa ia sangat terkesan dengan pelaksanaan Kemah Raya Pemuda Adat tahun ini. Menurutnya, banyak hal yang bisa dilihat dan dipelajari dari pelaksanaannya.

“Ini pertama kalinya saya mengunjungi tongkonan (yang) beratapkan batu dan sejarah di baliknya harus dilestarikan agar adat istiadat serta budaya di Toraja ini tidak luntur,” ujar Aldi terkesima.

***

Penulis adalah jurnalis AMAN. 

Tag : JAMNAS IV BPAN Michelin Sallata