Oleh Jerison Makausi

Masih banyak Masyarakat Adat di Sulawesi Utara (Sulut) yang menganggap vaksin itu tidak penting dan berbahaya, bahkan ada pula yang belum percaya pada vaksin. Melihat situasi itu, Badan Pengurus Harian (BPH) AMAN Sulut menginisiasi pembentukkan relawan untuk memahami kondisi sekaligus membantu aktivitas sosialisasi dan vaksinasi untuk Masyarakat Adat. Kami kemudian mencobanya di Komunitas Masyarakat Adat Nuangan yang berada di Desa Matabulu Timur, Bolaang Mongondow Timur, Sulut.   

Saat ini, jumlah penduduk di Desa Matabulu Timur mencapai 804 orang. Jumlah warga belum wajib vaksin (1-11 tahun) sebesar 133 orang, sedangkan warga yang wajib vaksin (12-75 tahun) sebesar 671 orang. Kami mendata terdapat 380 orang (56,6 persen) sudah vaksin dosis pertama dan 236 orang (35,2 persen) sudah vaksin dosin kedua. Sehingga, terdapat 291 orang (43,4 persen) yang belum divaksin dosis pertama dan 144 orang (37,9 persen) yang belum divaksin dosis kedua.  

Pemilihan lokasi untuk sosialisasi dan vaksinasi yang kami lakukan, mengacu pada data yang sudah dikirimkan oleh kawan-kawan di AMAN Boltim ke AMAN Sulut.

Desa Matabulu Timur berada di kawasan pesisir. Jarak desa dari ibu kota kabupaten, sekitar 50 kilometer atau dapat ditempuh dengan waktu dua jam perjalanan dengan transportasi darat melewati tanjakan serta turunan terjal. Terkadang, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa sampai di kampung. Kondisi kampung dikelilingi perbukitan dengan kondisi hutan yang masih ditumbuhi pepohonan tua. Hutan itu terlindungi secara alami karena berada di perbukitan dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Sebagian perbukitan telah dijadikan lahan pertanian. Jika kita memandang ke utara, maka akan terlihat laut. Letak kampung berada di teluk.

Rencana pembangunan pelabuhan pernah hendak dibuat, tapi dibatalkan karena kondisi jalan darat yang berbukit terjal dan tidak memungkinkan untuk dilalui kendaraan besar. Maka, kami menghadapi tantangan dalam hal akses. Itu juga mencakup akses komunikasi dan informasi. Namun, ada sejumlah pemuda adat setempat yang berinisiatif membangun titik internet melalui dukungan dana desa sebesar sekitar Rp90 juta untuk dukungan infrastruktur, seperti antena, kabel, dan lain-lain.

Dalam mempersiapkan kegiatan sosialisasi dan vaksinasi, AMAN Sulut membentuk dan menunjuk kader dari kawan-kawan di AMAN Boltim untuk bisa membantu, mulai dari awal persiapan sampai pelaksanaan. Tahapannya cukup panjang. Awalnya, kami meminta data perkembangan situasi Covid-19 melalui tim relawan. Setelahnya, bersama Tim AMANkanCovid19 Sulut, kami melakukan diskusi dan menampung masukan, termasuk perihal bakal lokasi yang akan menjadi tempat sosialisasi dan vaksinasi bagi Masyarakat Adat.

Pada hari pertama tanggal 15 Desember 2021, tim melakukan kunjungan ke Dinas Kesehatan setempat untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, di mana kami akhirnya menyepakati jadwal kegiatan pada Senin, 20 Desember 2021, pukul 14:00 WITA. Pada hari kedua (16/12/2021), tim juga berkunjung ke Puskesmas Nuangan. Bersama Kepala Puskesmas Nuangan Serly Manoppo dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) Nuangan Serma Rahim, kami melakukan kordinasi tentang kendala-kendala di lapangan. Di sana, banyak warga takut divaksin dengan alasan akan memperburuk kesehatan, padahal tenaga kesehatan (nakes) setempat sudah sering mensosialisasikan bahwa vaksin itu aman.

Dari diskusi itu, ternyata ada perubahan jadwal pelaksanaan vaksin menjadi tanggal 22 Desember 2021. Pada hari-hari berikutnya, kami terus berdiskusi terkait pembagian tugas, persiapan kebutuhan, kepastian dukungan tim, dan rencana kerja. Kunjungan ke Komunitas Masyarakat Adat Nuangan juga kami lakukan untuk pemantauan dan pemahaman atas situasi di kampung.

Secara khusus, kami melakukan pertemuan yang dihadiri 10 orang dari berbagai unsur, termasuk tokoh adat, perangkat desa, dan tim relawan. Dengan mereka, kami menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan. Setelah itu, meminta tanggapan dari Pemerintah Desa dan tokoh adat tentang teknis pelaksanaan serta dukungan apa yang bisa AMAN berikan dalam pelaksanaan vaksinasi Masyarakat Adat. Sosialisasi pun kami lakukan dari pintu ke pintu melalui kerja sama dengan kepala dusun. Para tetua kampung juga sepakat untuk membantu. Sosialisasi dilakukan lewat masjid dan fasilitas internet kampung supaya kegiatan bisa tersosialisasi dan akan banyak warga yang siap divaksin.

Antusiasme Masyarakat Adat dalam mengikuti vaksinasi. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.

Pelaksanaan vaksin dilakukan pada pagi hari. Kami ditemani nakes dan perwakilan berbagai Masyarakat Adat, termasuk tokoh dan tetua adat, berkumpul di lokasi yang telah dipersiapkan.

Saat tim tiba, sudah ada sekitar 50 warga yang hadir mengantre untuk divaksin dan sudah ada 20-an warga yang sudah divaksin, baik dosisi pertama maupun kedua. Dalam pelaksanaannya, para kepala dusun dan Pemerintah Desa menerapkan protokol kesehatan dengan mengatur jarak tempat duduk untuk warga yang mengantre. Dari pemantauan kami, sebagian besar warga menggunakan masker. Jika ada yang belum menggunakan masker, ada Babinsa yang membagikan masker gratis ke warga.

Sementara tim di tempat lain memasang baliho dan bendera AMAN di beberapa tempat, juga ada relawan dari kelompok perempuan adat yang mempersiapkan administrasi untuk pendataan warga. Para tetua kampung dan tokoh adat ikut membantu mengarahkan warga ke petugas kesehatan untuk mendaftar dan berkonsultasi dengan dokter dari tim vaksinator dari Puskesmas setempat yang akan melakukan vaksinasi. Menjelang siang, warga yang datang bertambah banyak dan terlihat antusias yang besar untuk warga datang ke Rumah Sangadi Desa Matabulu Timur.

Dari kegiatan tersebut, kami mengambil kesimpulan bahwa kerja sama atau kolaborasi dengan pemerintah setempat, tokoh adat, tetua kampung, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan lainnya, itu menjadi penting. Lalu, tim membutuhkan waktu lebih dalam untuk mempersiapkan kegiatan untuk pendataan dan sosialisasi. Pendekatan ke para tetua adat - dengan juga melibatkan mereka - menjadi strategi tim dalam kesuksesan kegiatan vaksinasi. Strategi itu pun dianggap berhasil dan diakui oleh pemerintah.

Secara umum, tantangan yang dihadapi, yaitu tidak semua PD di Bolmong Raya yang menanggapi kegiatan dengan serius, di mana hanya dua saja (Boltim dan Bintauna) yang memasukkan data perkembangan vaksinasi dari wilayahnya. Untuk itu, perlu melakukan kunjungan ke komunitas Masyarakat Adat untuk mengetahui perkembangan vaksinasi di masing-masing daerah.

***

Penulis adalah Pelaksana Tugas BPH AMAN Sulut dan juga terlibat di dalam Tim AMANkanCovid19. Sebelumnya, Jeri juga terlibat di dalam Unit Kerja Percepatan Pemetaan Partisipatif (UKP3).

Tag : AMANkan COVID19 PD AMAN Sulawesi Utara Vaksin Masyarakat Adat