Gerai Nusantara dan Pasar Rakyat Virtual

 

Situasi pandemi menimbulkan berbagai kesulitan dalam bidang usaha. Gerai Nusantara yang bergerak di bidang pemasaran produk-produk Masyarakat Adat di Nusantara mengalami hal yang sama, karena outlet dagang terpaksa tutup. Untuk mengatasi kebuntuan pemasaran itu, Gerai Nusantara menggelar Pasar Rakyat Virtual, Sabtu, 19/12/2020. Dalam Pasar Rakyat Virtual yang digelar secara daring itu, Gerai Nusantara menggelar aneka produk masyarakat adat di Nusantara, seperti tenunan dan aneka kerajinan dari berbagai komunitas adat yang selama ini dipajang dan dijual di outlet Gerai Nusantara, di Jl. Sudirman, Bogor. Gerai Nusantara ini merupakan bagian dari Koperasi Masyarakat Adat Nusantara (KPAM), unit ekonomi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Dalam sambutan ketika membukat Pasar Rakyat Virtual tersebut, Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi mengatakan, situasi pandemi saat ini membuat dunia kerajinan, terutama kerajian tenun mengalami berbagai kendala. “Kerajian seperti tenun mengalami masa surut, karena saat ini orang lebih mempersiapkan kebutuhan pokok daripada belanja tenun,” ujar Sekjen AMAN. Keadaan ini bukan hanya menjadi tantangan bagi Gerai Nusantara, tetapi terutama bagu komunitas-komunitas masyarakat adat yang mempunyai kerajinan tenun dan yang lain. Karena itu, Rukka sangat mendukung upaya-upaya terobosan pemasaran yang dilakukan Gerai Nusantara, seperti Pasar Rakyat Virtual ini. “Mudah-mudahan kedepan kita menemukan jalan keluar,” harap Rukka. Sementara itu, Arifin Saleh, Ketua KPAM menjelaskan perkembangan Gerai Nusantara sejak berdiri tahun 2014. Unit usaha dengan tagline “Rumah Produk Masyarakat Adat” ini awalnya membuat outlet di kantora PB AMAN di Tebet dan di Sempur, Bogor. Kemudian dikembangkan lebih besar dan strategis dengan membuka gerai khusus merangkap café di Jl. Sudirman, Bogor. “Kita juga kemudian berpikir secara offline trendnya sudah biasa, sehingga di tahun 2016 kita masuk di pasar online dan bisa di lihat di website Gerai Nusantara,” jelas Arifin Saleh. Ia berharap, karena secara langsung tidak mengalami hambatan, penjualan secara virtual menjadi solusi. Selain lewat website, produk koleksi Gerai Nusantara juga dipasarkan lewat market place Tokopedia. Selain memamerkan produk-produk masyarakat adat yang ada di Gerai Nusantara, Pasar Rakyat Virtual juga menampilkan film tentang penenun Ngata Toro, Kajang, Sa’dan, Dobo dan sejumlah tempat lain di komunitas adat di Nusantara. Film tersebut dibuat sendiri oleh komunitas-komunitas adat bersangkutan. Secara khusus Nurfitriana Alfia, penenun asal Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, menjelaskan pembuatan tenunan Kajang dan berbagai filosofi yang terkandung dalam tenunan tersebut. Nurfitriana mengatakan, tenun kajang tidak terlepas dari tradisi keseharian masyarakat adat Kajang. Contohnya pemakaian warna dominan hitam. “Warna hitam dilambangkan sebagai bentuk kesederhanaan. Kita tidak boleh berpenampilan mewah, sederhana dalam berbicara,” ungkapnya. Hal yang tak kalah menarik dalam Pasar Rakyat Virtual, selain aneka tenunan yang indah dan kerajinan koleksi Gerai Nusanatara, adalah pameran aneka jenis kopi dari berbagai berbagai komunitas adat. Bukankah sekarang ini dunia sedang tergila-gila pada kopi…? *Arman Seli