[caption id="attachment_3445" align="alignleft" width="300"] Jokowi diapit Sekjen AMAN Abdon Nababan dan Sidarto Danusubrotoudarto[/caption] Jakarta 2 Mei 2014 - Calon Presiden PDI P, Joko Widodo bertemu dengan Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara di Hotel Oria, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan ini Jokowi mendengarkan secara langsung suara Masyarakat Adat yang disampaikan Dewan AMAN Nasioanl dari Papua Ibu Ludia Mentasan , Kalimantan Ibu Ariana dan Sumatera Pak Alfi Syahrin.

Menanggapi keluhan masyarakat adat, terutama tentang perampasan negara atas tanah ulayat, tak bisa punya KTP (karena menganut kepercayaan asli) dan menjadi penyebab terhalangnya hak-hak kewarganegaraan, pendidikan dan kerusakan hutan. "Seharusnya hal-hal itu bisa menjadi sangat sederhana kalau negara dan pemerintah dirasakan hadir di bawah sana. Orang yang datang dari luar mengetuk pintu lebih dulu,” ujar Jokowi.

Saya mungkin tidak bisa menjawab tetapi saya ingin nantinya melihat problem itu di lapangan. Biasanya kalau ada problem saya ke lapangan. jika masalah saya bayangkan itu ruwet sekali, ternyata penyelesaiannya gampang. Ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu saya melihatnya kok ruwet sekali. "Saya yakin nanti kalau ke lapangan pasti ada solusi, pasti ada jalan keluar,” papar Jokowi lebih lanjut . “Apa lagi nanti undang-undangnya sudah ada, regulasi membuat dukungan terhadap itu saya kira akan lebih mudah nantinya, sebab sudah ada pegangan. Tapi kalau belum melihat lapangan kemudian saya ngomong, bisa keliru nanti,” kata Jokowi menjawab pernyataan dan kesaksian . Jokowi yang mengaku pernah bekerja di tengah hutan Berau Kalimantan Timur, tidak mau bicara sebelum mengerti secara detil persoalan-persoalan yang terjadi di lapangan. Sebelumnya Ketua DAMANAS Hein Namotemo mengutip pembukaan UUD 45, bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh karena itu penjajahan harus dihapuskan, kami merasa belum merdeka. “Saya ini bupati bapak, tapi kata itu yang saya rasakan, oleh karena regulasi kita kadang tumpah tindih dari atas ke bahwah ditambah lagi undang-undang dan segala macam. Bagaimanapun atas restu leluhur Nusantara, baik dari Papua sampai Sabang, saya sampaikan kami menanti seorang pemimpin yang adil,”kata Hein Namotemo. Ketua MPR Sidarto Danusubrotoudarto juga hadir dalam pertemuan ini, yang menyampaikan keyakinannya bahwa Jokowi memiliki semangat Bung Karno. Pada akhir pertemuan Ibu Aleta Ba’un peraih Goldman Environmental Prize 2013, yang juga lolos untuk DPRD I (provinsi) menyerahkan tenun Ikat Paluanda Lama Hamu, Sumba Timur pada Jokowi. Tenun bermotif kuda, ayam, kakatua itu bermakna untuk melihat apakah hatinya baik atau tidak. ***JLG

Writer : |