Oleh Joanny  F.M Pesulima

Negeri Hutumuri  adalah salah satu desa yang  terletak di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku. Lokasinya terpencil, butuh waktu sekira satu jam perjalanan dari pusat kota untuk sampai ke tempat ini.

Negeri Hutumuri yang berpenduduk 5.086 jiwa ini memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, salah satunya tanaman tradisional. Potensi ini banyak dimanfaatkan oleh Masyarakat Adat untuk pengobatan.

Agustu Thenu, salah seorang Masyarakat Adat yang juga ahli dalam pengobatan tradisional, menceritakan banyak tanaman obat bisa diperoleh di hutan Hutumuri. Sayangnya, kata Agustus, banyak orang yang tidak tahu, termasuk anak muda karena jarang masuk ke hutan.

Agustus menyatakan biasanya, orang masuk ke hutan untuk mencari madu dan tifar (pohon enau) untuk minuman khas beralkohol. Sedikit sekali orang yang mencari daun-daun obat.

Agustu mengaku sering mencari tanaman obat ke hutan. Ia memakai tanaman obat dari hutan untuk mengobati penyakit-penyakit kanker dan penyakit lainnya itu.

“Saya sering ambil daun sirih popar, ramuannya sudah dicoba oleh banyak orang dan menjadi sembuh,” kata Agustu baru-baru ini.

Disebutnya, daun sirih popar ini hanya ada di Maluku. Agustu mengaku sudah banyak mengobati orang dari luar kota Ambon, bahkan dari luar Maluku dengan ramuan daun sirih popar. 

Agustu menyebut banyak Masyarakat Adat di negeri Hutumuri yang tidak tahu jenis penyakit yang sering mereka derita. Tapi saat pandemi Covid lalu, penyakit yang banyak diderita Masyarakat Adat adalah diabetes, lambung, kolesterol, batuk, bersin, dan demam. 

Di negeri Hutumuri ada puskesmas rawat inap.  Masyarakat biasa datang ke puskesmas ini.  Tapi, ada juga masyarakat yang berobat kampong. Pihak puskesmas tahu itu, karena aktivitasnya bersamaan. Namun lebih banyak masyarakat yang berobat di puskemas.

Agustus Thenu, ahli pengobatan tradisional di negeri Hutumuri. Dokumentasi AMAN

Daerah Pesisir

Selain kaya akan tumbuhan obat, negeri Hutumuri juga dikenal dengan daerah wisata buah dan pantai, karena lokasinya terletak di daerah pesisir. Banyak cerita  indah dan bersejarah yang bisa  diperoleh di negeri ini. 

Salah satu cerita yang menarik, negeri Hutumuri tidak pernah dilanda banjir besar.  Jika intensitas hujan tinggi, paling sungai kecil meluap dan airnya meluber sampai ke jalan.

Kepala Urusan Umum Negeri Hutumuri, Samuel Kappuw  menuturkan kalau banjir di negeri Hutumuri, tinggi air hanya sampai di betis orang dewasa.  Kondisi ini sering terjadi di areal dekat pekuburan sehingga mengganggu aktifitas kendaraan dan pejalan kaki. Jika tidak berhati-hati bisa terjatuh.  Lebih dari itu, jika hujan bertahan sampai tiga hari, bisa terjadi longsor di badan jalan atau pohon tumbang.  Sejak dahulu, musim kemarau di negeri ini tidak terlalu panjang, di sela-sela kemarau pasti ada hujan, kendati hanya gerimis.

Sekitar lima tahun lalu, sebut Samuel, sempat terjadi kemarau yang menyebabkan pohon duku, langsat mengalami kekeringan, daunnya berwarna kuning dan semuanya gugur. Jadi panas yang terjadi sekarang ini lebih panas dari yang dulu.

Ketersediaan air bersih di Hutumuri pun terbilang melimpah karena ada bak penampung air milik desa yang tidak pernah kosong, di mana airnya mengalir langsung dari gunung.

Kawasan Hutan Cukup Luas

Kawasan hutan di negeri Hutumuri terbilang luas. Sering dimanfaatkan oleh Masyarakat Adat karena  banyak buah-buahan yang bisa dimakan, termasuk dijual untuk menambah penghasilan, semisal durian, duku dan langsat. Bahkan cengkih dan pala, kelapa juga ada di hutan Hutumuri. 

Masyarakat Adat yang butuh kayu, cukup dilakukan  penebangan pohon kayu seadanya di hutan.  Kayu yang biasa dimanfaatkan untuk dipotong adalah kayu pohon durian yang sudah tua dan tidak menghasilkan. Setelah peristiwa gempa  tahun 2019, banyak pohon busuk. Masyarakat Adat  mengambilnya untuk dijual, daripada tinggal  busuk, kadang kayunya digunakan  juga untuk membuat rumah. 

Tanaman tradisional di negeri Hutumuri. Dokumentasi AMAN

Negeri Hutumuri Aman

Negeri Hutumuri tergolong aman. Kalau pun ada konflik, paling lama hanya sebulan selesai.  Konfliknya hanya di dalam kampung terkait batas tanah, juga tentang  kepemilikan pohon. Terkadang ada juga  konflik antar kampung : pemuda Hutumuri dengan pemuda Rutong dari desa tetangga.

Dampaknya jika terjadi konflik antar kelompok pemuda ini, maka masyarakat  dari desa Rutong  tidak bisa lewat  negeri Hutumuri jika mau beraktivitas ke kota. Mereka harus jalan  lewat gunung dan itu putarnya sangat jauh.

“Syukurnya, konflik antar kelompok pemuda ini  sudah selesai,” terangnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Ambon, Maluku

Writer : Joanny F.M Pesulima | Ambon, Maluku
Tag : Maluku Negeri Hutumuri Khasiat Tanaman Tradisional