Oleh Jakob Siringoringo

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) terus menyalurkan bantuan kepada Masyarakat Adat terdampak bencana banjir dan longsor di wilayah Tano Batak,  Sumatera Utara.

Pengurus AMAN Tapanuli Utara menjadikan momentum penyaluran bantuan ke berbagai komunitas Masyarakat Adat terdampak bencana ini  sebagai penguatan organisasi. Pasalnya, beberapa komunitas Masyarakat Adat di Tapanuli Utara, khususnya yang baru bergabung menjadi anggota AMAN cukup antusias ingin  mendalami organisasi.

Elwina Situmorang, staf Keuangan AMAN Tapanuli Utara mencontohkan baru-baru ini, komunitas Masyarakat Adat Kenegerian Siunggas di Sitolubahal, Kecamatan Purba Tua. Saat penyaluran bantuan tanggap bencana, ada respon menarik dari Masyarakat Adat  di sana.

“Masyarakat Adat di sana tertarik belajar organisasi AMAN," kata Wina saat menyalurkan bantuan ke Sitolubahal belum lama ini.

Sedikitnya 110 orang Masyarakat Adat Kenegerian Siunggas terdampak bencana menyambut kedatangan tim AMAN. 

Di komunitas Masyarakat Adat ini, sebanyak 70 kepala keluarga kehilangan sawahnya akibat tertimbun material pasir dan lumpur . Selain itu, 60 kepala keluarga lainnya kehilangan kebun jagung akibat dilanda banjir, 64 kepala keluarga kehilangan kebun cabai, dan 2 kepala keluarga mengalami kerugian akibat kebun bawangnya hancur.

Wina mengatakan komunitas ini termasuk salah satu daerah yang terparah mengalami dampak bencana. Wina dan tim menilai penyaluran bantuan ke komunitas ini sudah tepat, apalagi Masyarakat Adat di tempat ini cukup antusias menyambut kehadiram tim AMAN.

“Pertemuan yang mengesankan. Sebab dalam pertemuan sebelumnya, kehadiran pengurus AMAN Tapanuli Utara ke komunitas ini belum cukup mendapat sambutan terbuka dari Masyarakat Adat. Tapi sekarang, mereka justru tertarik untuk belajar organisasi,” terangnya.

Pengurus AMAN Tapanuli Utara sedang mensosialisasikan organisasi kepada Masyarakat Adat terdampak bencana. Dokumentasi AMAN

Momentum Pengurus Mendekat ke Komunitas Masyarakat Adat

Wina menjelaskan awalnya, pengorganisasian komunitas Masyarakat Adat di Purba Tua terbersit dari diskusi dengan Bupati Tapanuli Utara periode lalu. Saat itu, Bupati secara terbuka mendorong percepatan pengakuan hutan adat. Hal ini disambut baik oleh Camat dan para Kepala Desa se-Kecamatan Purba Tua. Namun, akibat belum terbangunnya pemahaman bersama, maka setiap rencana musyawarah komunitas, Masyarakat Adat selalu berpedoman pada arahan Kecamatan. Fasilitasi pertemuan pun sering diadakan di kantor Kecamatan.

“Situasi ini cukup membatasi pengurus untuk menjelaskan tentang organisasi AMAN secara mendalam kepada Masyarakat Adat,” akunya.

Barulah pada kesempatan ini, kata Wina, pengurus AMAN baru punya kesempatan untuk menjelaskan tentang organisasi AMAN.

"Jadi sebelum kami menyalurkan bantuan, saya jelaskan sedikit tentang organisasi AMAN. Mereka tertarik,” imbuhnya, sembari menambahkan pertemuan dengan Masyarakat Adat ditengah bencana menjadi momentum untuk mendekatkan pengurus dengan komunitas Masyarakat Adat.

***

Penulis Adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Tano Batak, Sumatera Utara

Writer : Jakob Siringoringo | Tano Batak, Sumatera Utara
Tag : Bencana Sumatera Penguatan Organisasi Momentum