Oleh Komang Era Patrisya

Masyarakat Adat Dalem Tamblingan (MADT) di wilayah Bali Utara, Kabupaten Buleleng tengah menginisiasi pendidikan adat sebagai upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal.

Pendidikan Adat yang berlangsung di empat desa adat : Gobleg, Munduk, Gesing, Umejero ini tidak bergantung pada ruang kelas, guru atau kurikulum baku. Proses belajar dalam pendidikan adat juga tidak seperti sekolah formal. Pendidikannya berlangsung dalam kehidupan sehari-hari: di rumah, di ladang, di pura atau di hutan. Setiap anggota komunitas dapat menjadi pengajar; setiap peristiwa adat menjadi ruang belajar. Konsep ini memperkuat peran komunitas sebagai sumber utama pengetahuan.

Sebagai penjaga kawasan hutan dan Danau Tamblingan, MADT memegang teguh prinsip hidup yang selaras dengan alam. Mereka menganut Piagem Gama Tirta, ajaran adat yang memuliakan air dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur.

Namun, seiring dengan pesatnya arus informasi dan perubahan gaya hidup, generasi muda MADT semakin jauh dari pengetahuan adat yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.

Situasi ini menjadi keprihatinan bersama di kalangan tetua dan pemuda adat. Melalui organisasi adat Baga Raksa Alas Mertajati (BRASTI), mereka menggagas pendidikan adat sebagai ruang untuk mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai adat kepada generasi muda.

“Selama ini banyak anak muda yang tidak tahu filosofi mekarya itu apa,” ujar Ketua BRASTI Putu Ardana, saat menjelaskan latarbelakang munculnya gagasan mendirikan pendidikan adat.

Putu menambahkan gagasan ini telah terwujud dan mulai berjalan sejak Januari 2025. Selanjutnya, pendidikan adat ini mendapat dukungan dari Nusantara Fund dan AMAN Bali. Pengrajeg Adat Dalem Tamblingan, sebagai pemimpin adat tertinggi, turut mendukung dan terlibat langsung dalam proses transfer pengetahuan.

Pada tahap awal, sebutnya, pendidikan adat difokuskan pada tiga pokok utama yaitu pertama, Karya Alilitan artinya  pengenalan dan pemaknaan rangkaian upacara adat di MADT, kedua Memuliakan Air artinya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga sumber kehidupan sebagai bagian dari ajaran Gama Tirta, ketiga Ketahanan Pangan artinya  memperkuat nilai hidup yang selaras dengan alam dan kedaulatan pangan.

Putu Ardana mengakui tim penyusun modul ajar Pendidikan Adat Dalem Tamblingan didominasi oleh generasi muda dan didampingi para tetua adat.

Putu menjelaskan saat ini, proses pembentukan Pendidikan Adat sudah ditahap klarifikasi modul ajar Karya Alilitan. Klarifikasi ini dilaksanakan secara internal bersama para tetua pada tanggal 30 Mei 2025 di Wantilan Desa Gobleg.

Ketut Santi, salah satu penyusun modul, menekankan pentingnya pemahaman makna setiap ritual.

“Dengan memahami nilai-nilai di balik setiap upacara, generasi muda tidak hanya menjalankan tradisi, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki terhadap adat dan budayanya sendiri,” ungkapnya.

Masyarakat Adat Dalem Tamblingan sedang melaksanakan ritual. Dokumentasi AMAN

Keterlibatan Generasi Muda

Keterlibatan dan semangat  generasi muda tampak kuat dalam proses pembentukan pendidikan adat ini.  Salah satunya, Elman Thiana menyampaikan pentingnya pendidikan adat sebagai sarana untuk memperdalam pemahaman tentang kepercayaan, budaya, dan tradisi MADT, khususnya bagi generasi muda yang tumbuh di tengah perubahan sosial yang cepat.

“Pendidikan Adat ini diharapkan menjadi ruang regenerasi yang hidup. Bukan sekadar pelestarian, melainkan proses pewarisan nilai yang relevan dan berakar kuat di tengah dinamika zaman,” katanya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Bali

Writer : Komang Era Patrisya | Bali
Tag : Pendidikan Adat Dalem Tamblingan Bal Merawat Pengetahuan Leluhur