Oleh Pauzan Azima

Karnaval budaya berlangsung meriah di Desa Dames Damai, Kecamatan Suralaga, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Penampilan Klenang Nunggal yang dibawakan oleh Sanggar Seni Raung Mandala pada akhir bulan Agustus lalu suskes mencuri perhatian sukarelawan Internasional dari Jerman dan Australia.

Mereka larut dengan harmonisasi suara nada yang terdengar sangat indah dari  setiap ketukan alat musik Klenang Nunggal.

Kepala Desa Dames Damai Sa’dul Abdor menjelaskan Klenang Nunggal adalah khas musik tradisional dari daerah Lombok Timur. Kehadirannya dalam acara karnaval budaya ini bukan sekedar hiburan, melainkan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menghadirkan kembali dan merawat eksistensi musik tradisional khas Lombok Timur.

Menurutnya, Klenang Nunggal memelihara keharmonisan masyarakat, bahwa setiap individu pasti membutuhkan individu yang lainnya. Sehingga musik tradisional itu simbol implementasi kebersamaan masyarakat yang digambarkan melalui musik.

“Klenang Tunggal adalah musik yang dimainkan secara kolektif, di mana setiap individu memainkan satu nada. Konsep ini sesuai dengan namanya : nunggal,’ yang berarti tunggal. Meskipun setiap pemain bertanggung jawab atas satu nada, mereka harus cermat untuk menciptakan komposisi yang harmonis,” ungkapnya pada 24 Agustus 2025.

Sa’dul Abdol menambahkan pertunjukan Klenang Nunggal ini mengajarkan tentang pentingnya persatuan, kebersamaan dan kerja sama. Kolaborasi antar pemain untuk menciptakan harmoni yang indah menjadi manifestasi nyata dari nilai-nilai tersebut, di mana setiap kontribusi, sekecil apa pun, sangat penting bagi terciptanya kesatuan yang utuh.

Klenang Nunggal. Dokumentasi AMAN

Sejarah dan Nilai Filosofis Klenang Nunggal

Wahyu Nusantara Aji, salah seorang pemain Klenang Nunggal, menjelaskan  dalam tradisi suku Sasak di Lombok Timur, awalnya Klenang Nunggal digunakan untuk menjadi pengiring acara pengantin. Di beberapa daerah, Klenang Nunggal ini juga dimainkan ketika Roah (acara dzikiran).

Wahyu mencontohkan di Desa Dames Damai, Klenang Nunggal pada awalnya hanya dimainkan pada masyarakat kalangan bangsawan. Tradisi ini juga terbatas hanya segelintir orang yang bisa memainkannya, sehingga penyebaran Klenang Nunggal di Desa Dames Damai hanya dibeberapa titik saja.

Tetapi seiring perkembangan interaksi dan kebudayaan masyarakat, akunya, Klenang Nunggal telah dibuatkan sanggar keseniannya yang langsung dibina oleh pemerintah desa dan diisi oleh para pemuda sebagai bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.

“Sekarang Klenang Nunggal sudah mulai berkembang lagi, kesenian tradisional ini  melambangkan karakter orang-orang Sasak, khususnya Masyarakat Adat di Desa Dames Damai yang cendrung mementingkan kerja sama dan semangat gontong royong,” ujarnya.

Kepala Wilayah Sukadamai M.Adrian Fahrurrozi yang juga  tokoh adat di Desa Dames Damai menerangkan musik tradisional Klenang Nunggal memiliki nilai filosofis tertentu bagi Masyarakat Adat suku Sasak.

“Nilai filosofis Klenang Nunggal terletak pada konsep persatuan, kebersamaan, dan kerjasama (kolektif), semua itu termanifestasi melalui alat musik tradisional,” ucapnya.

Adrian menuturkan Klenang Nunggal merupakan implementasi dari kebersamaan dalam upaya menghasilkan harmoni suara yang indah. Klenang Nunggal juga mengajarkan pentingnya saling menghargai antar pemain, di mana setiap bagian (suara) berkontribusi pada kesatuan yang utuh.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Nusa Tenggara Barat

Writer : Pauzan Azima | Nusa Tenggara Barat
Tag : Klenang Nunggal Masyarakat Adat Suku Sasak