Oleh Dinda Anggun Lestari

Masyarakat Adat Osing di Banyuwangi, Jawa Timur mulai mendokumentasikan bahasa daerah secara digital usai menggelar “Program WikiKatha” yang dilaksanakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bersama Wikimedia.

Kegiatan pendokumentasian bahasa daerah melalui Wiktionary bahasa Indonesia  berlangsung selama dua hari pada 29-30 November 2025. Sebanyak 20 orang peserta, terdiri dari 10 penutur jati dan 10 penginput dari perwakilan komunitas Masyarakat Adat Osing anggota AMAN ikut dalam kegiatan ini.

Ketua Pelaksana Harian AMAN Daerah Osing Wiwin Indiarti mengatakan kegiatan ini fokus merekam pelafalan lema (kata dasar) dan penginputan rekaman pelafalan ke Wiktionary. Disebutkan, program ini merupakan pendokumentasian digital pertama bahasa Using (Osing).  Hasilnya, 2000 lema kata terinput menggunakan sumber data tertulis berupa Kamus Bahasa Daerah Using-Indonesia yang sudah melewati tahap penyeleksian lema.

“Hasilnya cukup baik, harapannya melalui kegiatan ini dapat mendorong pengakuan dan memperkuat keberadaan Masyarakat Adat Osing,” kata Wiwin Indiarti disela kegiatan yang dihadiri Sengker Kuwung Blambangan, KKG Bahasa Using Banyuwangi, MGMP Bahasa Using Banyuwangi, Dewan AMAN Nasional Region Jawa, PEREMPUAN AMAN Osing, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing dan para seniman.

Wiwin menerangkan upaya pelestarian warisan budaya telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Banyuwangi  Nomor 14 Tahun 2017, khususnya perlindungan bahasa Using sebagai bahasa daerah. Tetapi belum ada Perda yang secara spesifik mengatur perlindungan terhadap Masyarakat Adat Osing.

Dijelaskan, masuknya bahasa Using (Osing) ke dalam Wiktionary bahasa Indonesia, merupakan pendokumentasian secara digital, juga sebagai upaya mempertahankan eksistensi bahasa ibu yang dimiliki Masyarakat Adat Osing ke ruang digital nasional maupun Internasional.

Perwakilan Masyarakat Adat Osing photo bersama usai mengikuti kegiatan "Program WikiKatha". Dokumentasi AMAN

Bahasa sebagai Identitas Masyarakat Adat

Salah satu identitas Masyarakat Adat adalah bahasa daerah. Sebagaimana tertulis dalam konstitusi negara Indonesia bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Rafif Aufa N. selaku fasilitator WikiKatha menjelaskan kegiatan ini berfokus pada pendokumentasian bahasa daerah Masyarakat Adat, seperti contoh suku Balik di Kalimantan Timur, yang terancam karena pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Disebutkan, mereka juga memiliki penutur bahasa daerah yang semakin sedikit. Kebanyakan penutur jati berasal dari kalangan tua, bahkan orang-orang sedikit yang tahu tentang keberadaan Suku Balik.

Rafif mengatakan pendokumentasian digital bahasa daerah harus ekstra sabar. Jika jaringan tidak masuk ke wilayah pendokumentasian, maka harus melakukan perekaman lema kata satu per satu.

“Ketika sinyal bisa terkoneksi, barulah bisa memasukkan data ke lingua libre platform dari Wikimedia,” terangnya.

Di Osing sendiri, sebut Rafif, peserta bisa melakukan pendokumentasian dan penginputan secara mandiri didampingi oleh fasilitator. Ditambahkannya, komunitas Masyarakat Adat Osing cukup besar, kosa katanya begitu banyak, akses, dan fasilitas internet juga mudah dijangkau sehingga sangat memungkinkan jika penginputan bahasa daerah terus berlanjut.

Muhammad Ikhwan, salah satu penutur jati mengaku baru kali ini mengikuti kegiatan pendokumentasian digital bahasa daerah. Pria berusia 53 tahun ini menyatakan setelah mengikuti kegiatan ini, beberapa lema bahasa Using yang jarang digunakan akhirnya bisa muncul kembali.

Tri Navela Natasya  dari komunitas Masyarakat Adat Osing Kemiren juga mengaku baru pertama kali ini mengikuti kegiatan pendokumentasian digital bahasa daerah.

“Ini pengalaman pertama saya dalam pengetahuan bahasa daerah, mengembangkan lema, sekaligus menyalin dan menyunting kata (coding). Senang sekali dapat berkolaborasi dengan penutur jati dan berbagi pengetahuan,” akunya.

Hal senada disampaikan Ilham Saifulloh, peserta paling muda dalam kegiatan pendokumentasian digital bahasa daerah. Pemuda adat Osing berusia 25 tahun ini menyatakan sangat terkesan dengan kegiatan ini.

Ilham mengaku baru mengetahui ini bahwa dialek bahasa Using sangat beragam, berbeda antar komunitas yang satu dengan komunitas Masyarakat Adat Osing  yang lain.

“Sebagai anak muda, saya bangga punya bahasa Using yang beragam ini,” pungkasnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Osing, Banyuwangi

Writer : Dinda Anggun Lestari | Osing, Banyuwangi, Jawa Timur
Tag : Masyarakat Adat Osing Mendokumentasikan Bahasa Daerah Secara Digital