Oleh Simon Welan

Ratusan Masyarakat Adat dari tiga komunitas anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) terkena dampak erupsi gunung Ile Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Mereka mengungsi ke desa Boru Kedang, desa Pululera, desa Kobasoma.

AMAN wilayah Nusa Bunga menggandeng berbagai elemen masyarakat melakukan aksi solidaritas menggalang dana untuk membantu korban erupsi gunung Ile Lewotobi dari komunitas Masyarakat Adat Suku Tukang, komunitas Masyarakat Adat Nian Ue Wari Tana Kera Pu, komunitas Masyarakat Adat Belobesi, serta masyarakat lainnya.

Elemen masyarakat yang turut tergabung dalam Forum Peduli Bencana Kabupaten Ende (FPBKE) ini meliputi AMAN Nusa Bunga, RRI Ende, Jurnalis Ende Bersatu (JEB), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Yoseph Onekore, Perhimpunan Mahasiswa Elar Selatan (PEMKES) Kabupaten Ende, Solidaritas Masyarakat Ende Peduli Bencana ( SoMasEPEnd), dan Ekraf Moni.

Forum ini di bawah koordinasi Willy Sumardin dari RRI Ende, Sekretaris Simon Welan dari AMAN Nusa Bunga, Bendahara Ervin Wally dari SoMasEPEnd.

Koordinator FPBKE, Willy Sumardin menyatakan forum ini terbuka bagi seluruh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap para korban bencana erupsi gunung Ile Lewotobi di Flores Timur. Dikatakannya, siapapun orang yang memiliki misi kemanusiaan yang sama dapat bergabung di FPBKE.

“Kita terbuka untuk siapa saja yang mau bergabung karena forum ini lahir dari kesadaran, ketulusan dan rasa simpati,” kata Willy Sumardin pada Senin (8/1/2024).

Willy mengajak seluruh masyarakat agar dapat terlibat dalam memberikan donasi kepada para korban erupsi Ile Lewotobi baik secara langsung maupun melalui relawan FPBKE di posko RRI Ende.

“Korban erupsi Ile Lewotobi menunggu bantuan ikhlas dari kita. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membantu para korban,” pungkasnya.

Philipus Kami selaku penasehat FPBKE mengatakan aksi galang dana untuk korban bencana alam sudah sering dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Ende. Aksi ini bukan hanya untuk korban bencana yang ada di wilayah Nusa Tenggara Timur, melainkan juga dari daerah lain seperti korban gempa di Jogyakarta pada 27 Mei 2006. Penggalangan dana dilakukan oleh FPBKE.

“Sejak berdiri di tahun 2006, FPBKE sudah sering membantu korban bencana di berbagai wilayah Indonesia seperti korban bencana gempa bumi di Lombok, gempa bumi di Palu, bencana banjir bandang Ndondo, kebakaran Kampung Adat Gurusina, kebakaran Kampung Adat Nggela, erupsi Ile Lewotolok Lembata, banjir bandang Adonara, dan masih banyak aksi solidaritas lainnya yang telah dilakukan FPBKE,” paparnya.

Philipus melanjutkan teman-teman aktivis kemanusiaan yang tergabung dalam wadah FPBKE ini siap membantu korban bencana di mana pun berada. Ia menegaskan apabila mereka mendapat informasi ada bencana (di mana saja), para aktivis kemanusiaan di FPBKE dengan sendirinya terpanggil untuk segera melakukan aksi solidaritas menggalang dana untuk para korban.

“Ini sudah menjadi tujuan kami di FPBKE,” kata Philipus yang pernah menjabat sebagai Ketua AMAN Wilayah Nusa Bunga.

Pria yang juga pernah menjadi anggota DPRD Ende dua periode ini mengakui hingga saat ini FPBKE tidak memiliki keanggotaan tetap. Jadi, FPBKE memiliki sifat yang tentatif situasional dan merangkul semua orang untuk bergabung dengan memiliki misi kemanusiaan yang sama.

Philipus menyebut hanya AMAN Nusa Bunga, JEB, dan RRI Ende yang menjadi motor penggerak FPBKE.

Sementara itu, Kepala RRI Ende, Buharnudin Ramadlan menuturkan dirinya senang ikut terlibat dalam aksi kemanusiaan yang dilakukan FPBKE karena sangat positif dalam membantu para korban bencana alam erupsi gunung Lewotobi.

Ramadlan menambahkan hal ini sejalan dengan program Kentongan RRI yang sudah berjalan selama ini. Program ini merupakan jawaban atas kebutuhan akan adanya media massa yang peduli terhadap mitigasi bencana.

“Kita berupaya menjadikan tanggap atas bencana ini sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat, dimulai dari kesiapsiagaan terhadap bencana, cara penanggulangan hingga peduli terhadap lingkungan disekitar,” ujarnya.

Tim penggalangan dana untuk erupsi Gunung Ile Lewotobi. Dokumentasi AMAN

Jumlah pengungsi bertambah

Gunung Ile Lewotobi di Kabupaten Flores Timur erupsi pada Senin (1/1/2024). Gelombang pengungsi yang terkena dampak erupsi terus bertambah.

Posko penanganan erupsi gunung Ile Lewotobi melaporkan jumlah pengungsi mencapai 4.315 jiwa. Mereka tersebar di sejumlah posko dan rumah warga yaitu posko Wulanggitang 986 jiwa, Desa Boru 474 jiwa, Desa Boru Kedang 308 jiwa.

Kemudian, Desa Pululera 530 jiwa, Desa Hewa 455 jiwa, Desa Watotikaile 27 jiwa, Desa Lamika 62 jiwa, Desa Tuakepa 47, Desa Ile Gerong 40, Desa Tanawahang 4 jiwa, Desa Konga 1.197 jiwa, Desa Ile Noheng 120 jiwa, Desa Waiula 20 jiwa, Desa Watowara 22 jiwa.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Ahmad Duli menyebut semakin hari pengungsian di beberapa titik mengalami peningkatan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya rasa kekhawatiran masyarakat terhadap aktivitas vulkanik.

"Setiap hari pengungsi berdatangan terus ke posko karena gemuruh (gunung) sehingga warga panik dan takut hingga memilih untuk mengungsi,” kata Ahmad.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat Nusa Bunga

Writer : |
Tag : AMAN Nusa Bunga Masyarakat Adat Gunung Lewobi Erupsi