Oleh : Agustina Baine Kandaure

Pengurus Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar ritual adat Ma’tadoran sehari jelang perayaan puncak Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) di Kete Kesu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Ritual adat yang berlangsung di depan salah satu lumbung (alang) ini dipandu oleh Tetua Adat. Prosesi ritualnya berjalan sakral, disaksikan peserta HIMAS yang berjejer mengelilingi tempat pelaksanaan ritual. Mereka sibuk mengabadikan momen langka ini dengan kamera ponsel masing-masing.

Dammen Sarongallo, salah seorang tokoh adat Tominaa menyatakan bahwa ritual adat Ma' tadoran biasa dilakukan setiap ada kegiatan besar di Tongkonan (rumah adat).  Ritual dilaksanakan di waktu pagi hari menghadap arah timur.

Dammen menerangkan maksud dilakukannya ritual adat Ma'tadoran ini untuk memohon berkat dan tuntunan kepada tiga unsur yaitu nenek yang sudah meninggal (leluhur), Dewata dan Tuhan.

“Supaya kegiatan dilancarkan,” kata Dammen usai pelaksanaan ritual di Kete Kesu pada Selasa (8/8/2023).

Dammen menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan ritual adat Ma'tadoran yaitu Suke Tallang (bambu), Pusuk (daun ijuk), Kalosi (pinang), Sambako', Bolu (duan sirih), Kapur, Bane' (daun Pisang), Tuak (ballo). Dammen menambahkan selain itu, ritual Ma'tadoran juga biasanya menggunakan hewan sembelihan berupa ayam atau babi.

“Untuk kegiatan (HIMAS) ini digunakan hewan babi,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi yang turut hadir dalam pelaksanaan ritual ini menyatakan bahwa kegiatan ritual ini dilaksanakan untuk meminta izin kepada leluhur di lokasi Tongkonan agar perayaan HIMAS yang akan berlangsung pada 9 Agustus di Kete Kesu berlangsung lancar.

Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Panitia HIMAS Romba Marannu Sombolinggi bahwa ritual adat Ma'tadoran dilakukan untuk meminta doa agar kegiatan HIMAS  berlangsung baik sesuai dengan rencana.

"Ma'tadoran ini, kita meminta doa kepada leluhur, pencipta dan dewa agar kegiatan HIMAS ini berlangsung dengan baik, sesuai dengan yang direncanakan,” katanya sembari berharap seluruh peserta yang mengisi kegiatan HIMAS juga diberikan kesehatan dan kekuatan.

Sementara itu, Wakil Ketua Panitia HIMAS Abdi Akbar menyatakan betapa perlunya kegiatan ritual adat dilakukan oleh Masyarakat Adat sebelum melakukan kegiatan untuk mengucap syukur serta permohonan agar kegiatan berjalan lancar.

"Kegiatan adat perlu dilakukan karena dalam Masyarakat Adat itu, dimanapun semestinya dalam melakukan sebuah kegiatan atau upacara selalu memulainya dengan melakukan ritual adat,” terangnya.

Diakuinya,  setiap wilayah adat pasti memiliki ritual tersendiri. Dan, itu berbeda di masing-masing tempat.

Abdi mencontohkan di Toraja,  ritual adatnya Ma’tadoran. Ritual ini dilakukan setiap ada  kegiatan besar dengan tujuan mengucap syukur kepada Sang Pencipta Semesta Alam dan juga memohon doa restu dari leluhur Masyarakat Adat yang ada di Toraja.

“Ini merupakan bentuk eksistensi dan eskpresi serta spiritual dari kebudayaan Masyarakat Adat,” kata Abdi, yang juga Direktur Perluasan Partisipasi Politik Masyarakat Adat PB AMAN.

Ia menjelaskan secara umum, ritual dilakukan agar acara yang dilaksanakan bisa berjalan lancar dan sukses.

“Ini intinya, sekaligus ritual itu merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan Sang Pencipta Alam Semesta yaitu Tuhan,” ujarnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Tag : HIMAS 2023 Ritual Ma’tadoran Masyarakat Adat Toraja