Oleh : Umbu Remu Ch Nusa Mesa

Sebanyak 16 orang anggota komunitas adat bersama sejumlah pengurus Infokom AMAN Sumba mengikuti pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari pada 23-25 Februari 2024 ini digelar di Rumah AMAN Sumba Jalan Jenderal Sudirman No 103, desa Wairasa-Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Pelatihan diikuti pewakilan dari komunitas adat Praing Laitaku, Wundut Tanggmadita, Watu Kapepi, Umbu Pabal, Wairasa, Waimanu, Tabera Ratewana, Prai Ijing, Bondoboghila, Tamenyal dan Makatakeri.

Para peserta diberi materi tentang dasar-dasar jurnalistik, teknik cara membuat berita serta diajar langsung cara menyusun berita oleh pemateri. Sehingga, peserta menjadi paham seperti apa menulis berita. Pada sesi pelatihan ini, peserta juga diajarkan cara menggunakan aplikasi Tempo Wittnes dan cara pengoperasiannya sehingga peserta dapat lebih mudah membuat berita.

Direktur Infokom PB AMAN Titi Pangestu mengatakan bahwa pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Sumba adalah pelatihan yang ketiga di tahun 2024 setelah Maluku dan Kalimantan Selatan. Menurutnya, pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan AMAN ke depan. Karena itu, Titi meminta agar peserta yang sudah dilatih agar terus konsisten dan tetap aktif sebagai Jurnalis Masyarakat Adat.

“Kita berharap para Jurnalis Masyarakat Adat yang telah mengikuti pelatihan konsisten menjalankan tugasnya sebagai pewarta Masyarakat Adat,” kata Titi dalam sambutannya pada pembukaan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Rumah AMAN Sumba pada Jum’at, 23 Februari 2024.     

Ketua Pengurus Wilayah AMAN Sumba Debora Rambu Kasuatu sangat mendukung kegiatan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini. Menurutnya, peran Jurnalis Masyarakat Adat sangat dibutuhkan oleh AMAN, terutama dalam mengangkat isu-isu Masyarakat Adat.

“Isu terkait Masyarakat Adat sangat banyak, namun karena kurang dipublikasi akibat kapasitas kader yang kurang memadai maka masih banyak isu yang tidak tersampaikan ke publik,” kata Debora Rambu.

Debora menyatakan sangat bersyukur dengan adanya kegiatan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini karena dapat membantu mengkampanyekan isu Masyarakat Adat. Diakuinya, menulis bukanlah pekerjaan yang gampang. Debora mengatakan suatu ketika dirinya ingin menulis sesuatu terkait Masyarakat Adat dan budaya lokal yang ada di Sumba.

“Saya tahu menulis bukan pekerjaan gampang, tapi saya ingin coba melakukannya,” katanya sambil tersenyum.

Debora mengatakan dengan adanya kader yang sudah dilatih menjadi Jurnalis Masyarakat Adat, maka akan banyak berita dan tulisan yang akan membantu kerja-kerja AMAN dalam memperjuangkan hak dan kesejahtraan Masyarakat Adat. 

Gregorius Umbu Deta (Oris), salah seorang peserta pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat, mengaku senang bisa ikut dalam kegiatan ini. Gregorius cukup serius mengikuti pelatihannya. Bahkan, ia menjadi salah seorang peserta yang pertama kali membuat tulisan ke Tempo Witness dengan judul “Kampanye Perlindungan Anak di Embung Loku Jangi”.

“Pelatihan ini sungguh menyenangkan, ini menjadi awal yang baik untuk saya dan kawan-kawan yang ikut dalam pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat untuk dapat menulis suatu berita yang bermanfaat bagi Masyarakat Adat,” katanya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Sumba, Nusa Tenggara Timur

Writer : |
Tag : AMAN Sumba Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat