"Sekarang adalah momen baik untuk mendengar apa yang seharusnya kita perjuangkan bersama" Sinar Harapan 15-16 Maret 04 Jakarta - Glenn Fredly, penyanyi terkenal berdarah Maluku pada hari Kamis siang (13/3/) mengunjungi rumah Pengurus Besar PB Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di bilangan Tebet Timur Dalam Raya. Kunjungan Glenn tersebut sehubungan dengan upaya penyelamatan Kepulauan Aru atas alih fungsi lahan secara besar-besaran di kawasan tersebut. Menurut Glenn apa yang terjadi di Kepulauan Aru adalah bagian dari Reformasi sistem yang belum selesai. “Kalau kita bicara lebih besar lagi, menjadi Indonesia yang belum selesai, karena pengelolan sumberdaya alam dilakukan secara sporadis dan eksploitatif, seperti pembabatan hutan yang juga terjadi di banyak tempat, dari pulau besar, sekarang mengarah ke pulau-pulau kecil,” ujarnya. Glenn menyampaikan bahwa peran yang sangat penting untuk menyelesaikan masalah seperti ini, adalah peran kolektif, baik dari pemangku kebijakan, maupun masyarakat sendiri. Menurutnya, kalau kita mau bicara Indonesia hari ini dan ke depan, konsensus baru itu harus ada. Karena tantangan kita ke depan sangat besar, globalisasi pasar bebas sudah semakin terbuka. Pada 2015 besar kita sudah masuk Asean Free Trade Market. “Bagaimana akhirnya pusat mendengar suara masyarakat, saya tidak hanya bicara pusat kekuasaan tapi juga dari informasi dan pusat media, karena media juga punya peranan penting hari ini. Tidak akan ada perubahan kalau masyarakat adatnya tertinggal. Jangan bicara perubahan kalau masyarakatnya masih tertinggal, karena permasalahan hari ini adalah pemerataan kesejahteraan. “Sekarang adalah momen baik untuk mendengar apa yang seharusnya kita perjuangkan bersama,” lanjut Glenn. Bagaimana kita melihat apa yang terjadi di Indonesia hari ini, dengan gejolak-gejolak sosial yang ada. “Oklah Indonesia dengan tinggkat ekonomi no 15 di dunia, tapi apakah sudah merata?, apakah kehidupan kesejahteraan masyarakat sudah terpenuhi?, kebutuhan dasar masyarakat, pendidikan, pangan sudah terpenuhi?. Nyatanya isu pangan menjadi masalah serius. Satu-satunya cara adalah menghargai seperti apa yang tersisa di dalam kandungan tanah, hutan, laut,”papar Glenn Pada akhirnya pada pengelolaan dan itu tidak lepas dari manusianya, apalah artinya kemajuan tehnologi tanpa menyertakan pemilik atau pewarisnya, ini harus paralel dan menjadi ujian apakah bangsa kita adalah bangsa yang beradab. Mengamalkan yang tertulis dalam Pancasila atau tidak, ini menjadi pertanyaan besar buat kita semua. Apakah yang namanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa itu sampai ke hal-hal yang mendasar sudah terpenuhi?, sekarang adalah momen baik untuk mendengar apa yang seharusnya kita perjuangkan bersama,” tutur Glenn. Hutan-hutan di Kepulauan Aru, Maluku, telah dibabat dijadikan kebun besar, akibatnya munculnya berbagai masalah. Menurut catatan dalam Petisi Save Aru ada 500.000 hektare hutan yang dibabat dari keseluruhan luas Kepulauan Aru, yakni 643.000 Hektare.Yang tersisa cuma kurang dari sepertiga wilayah darat Kepulauan Aru.****JLG