
Masyarakat Adat Internasional Apresiasi Perayaan HIMAS 2025 di Kasepuhan Guradog Banten
22 Agustus 2025 Berita Hairudin AlexanderOleh Hairuddin Alexander
Perwakilan Masyarakat Adat dari berbagai negara mengapresiasi jalannya perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2025 yang dilaksanakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Kasepuhan Guradog, Kabupaten Lebak, Banten.
Mereka menilai perayaan HIMAS yang dirangkai dengan deklarasi Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat Nusantara dan pertemuan Perempuan Pemimpin ini cukup berhasil dan sukses menyedot perhatian khalayak ramai, terutama masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Basiru Isa dari Jaringan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Untuk Pengelolaan Ekosistem Hutan yang Berkelanjutan di Afrika Tengah (REPALEAC) menyatakan perayaan HIMAS di Kasepuhan Guradog ini sangat penting baginya. Ia datang dari Kongo untuk ambil bagian dalam acara ini.
“Saya senang bisa ambil bagian dalam acara ini. Perayaan HIMAS ini merupakan satu upaya untuk mengekspresikan identitas dan bagaimana Masyarakat Adat menentukan nasib sendiri,” kata Basiru Isa disela perayaan HIMAS di Kasepuhan Guradog pada Sabtu, 9 Agustus 2025.
Basiru Isa sangat mengagumi para peserta pawai budaya HIMAS, terutama para perempuan adat yang menggunakan busana daerah masing-masing tampil cukup mempesona. Ia memahami bahwa semua ini adalah bagian dari upaya untuk menunjukkan identitas sebagai Masyarakat Adat yang telah memberi kontribusi melindungi dunia.
Namun yang paling penting, kata Basiru Isa, Masyarakat Adat yang hadir dalam perayaan HIMAS ini ingin menunjukkan kebersamaan untuk melawan kriminalisasi, berjuang untuk mendapatkan hak-hak Masyarakat Adat dan Sumber Daya Alam yang dirampas. Kemudian juga untuk melestarikan identitas Masyarakat Adat di dunia global.
“Jadi, saya senang berada di sini,” katanya sambil mengucapkan terima kasih kepada AMAN, yang telah mengundang REPALEAC untuk ambil bagian dalam acara ini.
Basiru Isa dari Jaringan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Untuk Pengelolaan Ekosistem Hutan yang Berkelanjutan di Afrika Tengah (REPALEAC). Dokumentasi AMAN
Hal senada disampaikan oleh Juan Calos Jintiach dari Aliansi Global Komunitas Teritorial (GATC). Baginya, hadir dalam perayaan HIMAS yang dilaksanakan oleh AMAN merupakan suatu kegembiraan.
“Bagi saya, suatu kegembiraan berada di sini,” akunya.
Menurut Juan Calos, perayaan HIMAS ini adalah hari istimewa. Kita harus mengingat perjalanan panjang untuk kebangkitan Masyarakat Adat, perjalanan panjang berjuang untuk Masyarakat Adat yang dirampas hak-haknya.
“Kita harus mengingat mereka. Jadi, (HIMAS) ini adalah hari yang penting bagi semua orang di seluruh dunia,” tegasnya.
Juan Calos Jintiach dari Aliansi Global Komunitas Teritorial (GATC). Dokumentasi AMAN
Juan Calos mengatakan perayaan HIMAS ini patut diapresiasi karena bukan sekedar perayaan yang hanya menampilkan identitas Masyarakat Adat, tapi menjadi hari yang paling penting bagi generasi yang akan datang.
“Untuk Ibu Bumi, untuk semua hak,” ujarnya.
Ribuan Masyarakat Adat dari berbagai daerah ikut meramaikan perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2025 di Kasepuhan Guradog, Kecamatan Curigbitung, Kabupaten Lebak, Banten pada Sabtu, 9 Agustus 2025.
Perayaan HIMAS diawali dengan pawai budaya dan penanaman pohon. Kemudian, dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi Asosiasi Jurnalis Masyaralat Adat Nusantara dan janji AMAN. Perayaan HIMAS yang mengusung tema : Memperkuat Hak Untuk Menentukan Nasib Sendiri: Jalan Menuju Kedaulatan Pangan, semakin meriah dengan adanya pameran kuliner, penampilan budaya, diskusi dan peluncuran buku.
Roeut Sochat dari Asosiasi Pemuda Adat Kamboja mengaku baru pertama ini menghadiri perayaan HIMAS di Indonesia. Pemuda yang juga mengikuti pertemuan Global Forum Masyarakat Adat Asia Tenggara 2025 di Bogor ini mengatakan HIMAS bukan sekedar perayaan tapi lebih dari sebuah bentuk solidaritas Masyarakat Adat.
“Di acara (HIMAS), saya melihat solidaritas antar Masyarakat Adat disini jauh lebih baik dari negara saya, mungkin karena pengalaman atau latar belakang pendidikan jauh lebih baik,” ungkapnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Kalimantan Timur