Oleh Simon Welan

Kelompok Usaha Masyarakat Adat (KUMA) dan Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di Nusa Bunga didorong untuk mengelola potensi unggulan yang dimiliki komunitas Masyarakat Adat.

Upaya ini diyakini tidak hanya menumbuhkan perekonomian, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Adat.

Direktur Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya Lestari AMAN Feri Nur Octaviani mencatat saat ini ada empat KUMA dan dua BUMMA yang aktif di AMAN Wilayah Nusa Bunga.  KUMA dan BUMMA tersebut basis usahanya bersumber pada potensi lokal yang ada di komunitas Masyarakat Adat. Feri berharap potensi lokal yang menjadi unggulan di komunitas Masyarakat Adat ini dapat dikelola oleh KUMA dan BUMMA di Nusa Bunga.

“Potensi lokal ini harus dikelola dengan baik oleh KUMA dan BUMMA. Tidak hanya ekonomi yang tumbuh, tetapi juga kesejahteraan Masyarakat Adat dapat meningkat,” kata Feri Nur Octaviani di acara Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengurus KUMA dan BUMMA yang dilaksanakan oleh AMAN Wilayah Nusa Bunga di komunitas Masyarakat Adat Beiposo, desa Beiwali, Bajawa, Kabupaten Ngada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 3 September 2025.

Feri mengatakan pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini  bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pengurus dalam memperkuat tata kelola KUMA dan BUMMA yang telah dibentuk di AMAN Nusa Bunga. Dalam pelatihan ini, Feri menyampaikan beberapa strategi pengembangan usaha Masyarakat Adat yang berkelanjutan serta pentingnya pengelolaan usaha secara adil dan lestari untuk mendukung  pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat Adat.

Suasana pelatihan KUMA dan BUMMA di Nusa Bunga. Dokumentasi AMAN

Menciptakan Kemandirian Masyarakat Adat

Feri menyebut selama ini KUMA dan BUMMA di AMAN Nusa Bunga telah berjalan aktif. Karena badan usaha ini aktif, imbuhnya, AMAN merasa berpentingan untuk memberikan pelatihan kepada pengurusnya agar pengelolaan sumber potensi unggulan lokal yang ada di komunitas Masyarakat Adat berjalan dengan baik dan lancar.

Feri menjelaskan tujuan AMAN mendirikan KUMA dan BUMMA untuk menciptakan kemandirian Masyarakat Adat. Feri menambahkan tujuan ini dapat terwujud jika seluruh kekayaan alam titipan leluhur dikelola secara bijaksana dan berkelanjutan.

“Jika itu terwujud, perekonomian Masyarakat Adat bisa mandiri,” tegasnya.

Ketua Pelaksana Harian AMAN Wilayah Nusa Bunga Maximilianus Herson Loi, dalam sambutannya mengharapkan peserta pelatihan  dapat menjadi ujung tombak dan garda terdepan dalam pertumbuhan ekonomi dan perkembangan KUMA dan BUMMA di komunitas adat masing-masing.

Mendorong Pertumbuhan Unit Usaha Masyarakat Adat

Herson menegaskan komitmennya melakukan pendampingan dan terus mendorong pertumbuhan unit-unit usaha Masyarakat Adat pada setiap komunitas Masyarakat Adat anggota AMAN yang telah memiliki KUMA dan BUMMA.

Herson optimis KUMA dan BUMMA di Nusa Bunga akan tumbuh dan berkembang seiring  melimpahnya potensi lokal yang ada di wilayah adat masing-masing.

“Potensi lokal kita di wilayah adat Nusa Bunga melimpah. Potensi ini bisa dikelola KUMA dan BUMMA untuk mewujudkan Masyarakat Adat mandiri dan sejahtera,” terangnya.

Didukung Pimpinan Desa

Kepala Desa Beiwali Agustinus Resa yang turut hadir  dalam pembukaan kegiatan pelatihan menyampaikan dukungan penuh terhadap inisiatif AMAN dalam melakukan pemberdayaan ekonomi Masyarakat Adat melalui penguatan kelembagaan dengan usaha berbasis komunitas.

Agustinus mengucapkan terima kasih kepada AMAN yang telah memberi keparcayaan kepada komunitas Masyarakat Adat Beiposo di desa Beiwali sebagai tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan ini. 

“Sebagai pimpinan desa, kami sangat mendukung kehadiran KUMA dan BUMMA di desa ini. Ini salah satu sarana pemberdayaan ekonomi Masyarakat Adat,” pungkasnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Nusa Tenggara Timur

Writer : Simon Welan | Nusa Tenggara Timur
Tag : KUMA dan BUMMA Nusa Bunga Kelola Potensi