Oleh Tim Infokom AMAN

Lima orang Masyarakat Adat yang menjadi penumpang kapal nelayan Althaf GT 21 dilaporkan hilang kontak saat berlayar dari pelabuhan pulau Baai menuju pulau Enggano di Bengkulu.

Kapal yang berangkat dari pelabuhan pulau Baai tersebut seharusnya sudah tiba di pulau Enggano pada Minggu, 25 Mei 2025. Namun hingga Senin, 26 Mei 2025, kapal yang dinakhodai seorang kapten kapal dan dua Anak Buah Kapal (ABK) belum berlabuh dan hilang kontak.

Alamudin selaku Kepala Desa Kaana di pulau Enggano menyatakan seharusnya jika kondisi laut dalam keadaan normal, kapal yang ditumpangi lima orang Masyarakat Adat tersebut seharusnya sudah tiba pada Minggu, 25 Mei 2025 sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

"Sampai saat ini kapal masih hilang kontak," kata Alamudin, saat dihubungi di Bengkulu pada Senin, 26 Mei 2025.

Alamudin menyebut kapal tujuan pulau Enggano yang hilang kontak ini sedang membawa  sembako dan lima orang Masyarakat Adat. Kelima penumpang Masyarakat Adat tersebut adalah Dowita (P) 35 tahun, Danil (L) 40 tahun, Novi (L) 36 tahun, Nata (L) 5 tahun dan Nakib (P) 3 tahun.

Dijelaskan, salah seorang penumpang kapal bernama Dowinta hendak pergi ke pulau Enggano untuk menyelesaikan urusan adat Lepas Lantang pasca suaminya meninggal di Kabupaten Kepahiang.

Lepas Lantang merupakan salah satu tradisi Masyarakat Adat di pulau Enggano apabila ada keluarga yang meninggal.

Dowinta berangkat bersama kedua anaknya yaitu Nata dan Nakib serta ditemani kakaknya : Novi dan Danil. Mereka berangkat dari pelabuhan pulau Baai tujuan daerah asal almarhum suaminya di wilayah adat Malakoni.

Ketua Pelaksana Harian AMAN Daerah Enggano Mulyadi menjelaskan suami Dowinta baru meninggal enam hari yang lalu.  Ia berangkat dari Kepahiang ke pulau Enggano untuk menyelesaikan soal adat almarhum suaminya.

Kapal berangkat membawa Dowinta dan keluarganya dari pelabuhan pulau Baai pada Sabtu, 24 Mei 2025 pukul 15.00 Wib. Sampai saat ini, kapal belum tiba di pulau Enggano.

 

Harusnya jika kondisi laut dalam keadaan normal, kapal yang ditumpangi oleh korban harusnya tiba pada Minggu 25 Mei 2025 sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

"Sampai saat ini kapalnya belum kunjung tiba," ungkap Mulyadi.

Masih Dicari

Kepala Kantor Basarnas Provinsi Bengkulu Muslikun Sodik, saat dikomfirmasi, membenarkan kapal nelayan KM Althaf hilang kontak di laut.

"Kami sudah mendapatkan informasi hilang kontak itu, saat ini kami sedang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," sebutnya.

Muslikun menyatakan tim SAR sedang berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait untuk melakukan pencarian terhadap kapal KM Althaf yang hilang kontak.

Masyarakat Adat Enggano Keluhkan Sulitnya Transporrtasi Kapal

Sekitar 4000 orang penduduk di pulau Enggano, Provinsi Bengkulu mengeluhkan sikap pemerintah yang lamban mengatasi akses transportasi kapal yang sudah berlangsung dua bulan lebih.

Seperti diketahui, sejak dua bulan terakhir pelabuhan pulau Baai, Kota Bengkulu, mengalami pendangkalan alur sehingga aktivitas keluar masuk dermaga pelabuhan menjadi terganggu.

Pimpinan Kepala Suku di Enggano, Milson Kaitora mengatakan berhentinya akses transportasi kapal laut di Enggano menunjukkan pemerintah daerah lamban dalam bertindak. Dikatakannya, pendangkalan alur pelabuhan pulau Baai telah berdampak luas ke masyarakat.

“Itu yang kami rasakan saat ini sebagai orang yang tinggal di pulau, kami merasa terpencil akibat dampak dari pendangkalan alur pelabuhan pulau Baai,” kata Milson.

AMAN Mendesak Pemerintah Atasi Pendangkalan Pelabuhan di Pulau Baai

Ketua Pelaksana Harian AMAN Wilayah Bengkulu, Fahmi Arisandi mendesak pemerintah  agar bertindak cepat mengatasi persoalan transportasi di pulau Enggano. Fahmi mencatat setidaknya ada dua permasalahan yang harus segera diatasi pemerintah yaitu ketersediaan kapal angkut yang minim dan pendangkalan di pintu pelabuhan pulau Baai.

“Dua hal ini sudah menjadi permasalahan pelik sejak 10 tahun terakhir ini. Harus segera diatasi," tandas Fahmi.

Menurutnya, pengerukan alur pelabuhan pulau Baai yang sudah dua bulan ini bermasalah  seharusnya ditindaklanjuti dengan upaya mitigasi bagi kelangsungan hidup Masyarakat Adat yang ada di pulau Enggano.

Pulau Enggano merupakan pulau terluar yang letaknya berada di tengah-tengah Samudera Hindia, sekitar 156 km atau 90 mil laut dari Kota Bengkulu. Untuk mencapai ke pulau terluar Indonesia tersebut salah satunya memanfaatkan transportasi laut.

Selama ini, sebutnya, Masyarakat Adat menggunakan kapal-kapal nelayan untuk menjadi alternatif transportasi, untuk distribusi logistik pangan dan penumpang dari pulau Enggano menuju Kota Bengkulu atau sebaliknya. Mereka nekat menyebrangi Samudera Hindia dengan kapal kecil untuk memenuhi kebutuhan dan keperluannya.

“Mau tidak mau, masyarakat harus naik kapal kecil karena kapal Fery dan Perintis tidak bisa berlayar akibat pendangkalan pelabuhan," tuturnya.

Writer : Infokom AMAN | Jakarta
Tag : AMAN Enggano