Oleh Risnan Ambarita

Sekelompok pemuda tertegun mendengar cerita dari tetua adat Tano Batak Mangitua Ambarita. Mereka terkesima dengan orang pertama yang membuka Kampung Sihaporas di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Meski telah berusia 75 tahun, namun tetua adat Tano Batak itu masih punya ingatan yang tajam soal sejarah dan budaya Batak.

Mangitua bercerita dengan lugas soal sejarah dan budaya Batak pada kegiatan pendidikan adat yang dilaksanakan oleh Sekolah Adat Sihaporas di Rumah Adat Lumban Ambarita Sihaporas. Ia meminta generasi muda Sihaporas untuk tetap bepegang teguh serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Batak yang ada di Bonapasogit Sihaporas.

“Generasi muda Sihaporas harus bisa melanjutkan tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai budaya Batak yang selama ini telah dipraktikkan agar bisa tetap lestari,” kata Mangitua saat memberikan materi.

Sekitar 25 orang Masyarakat Adat Sihaporas mengikuti pendidikan adat yang diselenggarakan oleh Sekolah Adat Sihaporas pada 15 November 2022. Kegiatan yang berlangsung selama satu hari itu, mengusung tema "Pendidikan Adat dalam Budaya Batak" dan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan Masyarakat Adat mengenai budaya, tradisi, dan warisan leluhur.

Masyarakat Adat Sihaporas antusias dan serius mengikuti acara, bahkan ada di antara peserta yang menangis mendengar tuturan cerita sejarah yang dituturkan oleh para penatua adat di Sihaporas itu.

Puteri Ambarita, seorang peserta, menyatakan bahwa ia terharu mendengar cerita sejarah perjuangan para tetua adat dalam memperjuangkan berdirinya Kampung Sihaporas. Perempuan berusia 22 tahun itu mengaku bangga dengan perjuangan para leluhur.

“Kami bangga punya leluhur pejuang yang tangguh. Pengorbanan mereka tidak akan pernah dilupakan,” ujar Puteri.

Ketua Perempuan Adat Sihaporas Anita Simanjuntak menilai positif kegiatan tersebut. Namun, menurutnya, kegiatan tidak cukup hanya dilaksanakan di lingkup pemuda adat. Ia berharap kegiatan bisa rutin dilaksanakan supaya pendidikan adat bisa hadir untuk memberikan ruang belajar yang luas bagi Masyarakat Adat untuk memperkuat kebersamaan dalam merawat tradisi warisan leluhur.

Ketua BPH AMAN Wilayah Tano Batak Roganda Simanjuntak juga berpendapat bahwa pendidikan adat baik untuk dilanjutkan dan dijadikan kegiatan rutin. Menurutnya, itu merupakan jalan untuk merawat titipan leluhur bagi generus penerus Masyarakat Adat.

“Di Sihaporas, ada banyak sekali bisa kita saksikan titipan leluhur, di antaranya ritual adat, pengobatan tradisional, wilayah adat yang didalamnya terdapat hutan adat yang menyimpan keanekaragaman hayati, mata air, sungai, hewan dilindungi, dan lainnya. Tentu, titipan ini harus dirawat dan dilestarikan untuk generasi sekarang dan generasi berikutnya,” unkap Roganda.

Ia berharap pula agar titipan tersebut bisa terawat dengan baik, salah satunya lewat pendidikan adat yang dilaksanakan oleh Sekolah Adat Sihaporas. Roganda yakin bahwa kegiatan tersebut bisa dilaksanakan secara rutin karena Masyarakat Adat Sihaporas telah membuktikan bentuk tanggung jawab mereka secara bersama kepada Sang Pencipta Alam Semesta, kepada leluhur yang memberi titipan, dan kepada generasi selanjutnya.

Jakob Siringoringo,  mantan Ketua Umum Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), berharap bahwa dengan terselenggaranya kegiatan di komunitas Masyararakat Adat Sihaporas, pemuda adat menjadi lebih bertanggung jawab dalam melestarikan budaya warisan leluhur yang merupakan identitas yang tidak akan lepas dari jati diri Masyarakat Adat Sihaporas.

“Ini tugas penting bagi pemuda adat selaku generasi penerus dalam menjaga wilayah adat maupun dalam meneruskan budaya dan tradisi leluhur,” ujarnya.

***

Penulis adalah jurnalis rakyat dari Tano Batak, Sumatera Utara.

Tag : PW AMAN Tano Batak Risnan Ambarita Sekolah Adat Sihaporas