Oleh Risnan Ambarita

Sesajen telah disiapkan: kambing putih, ayam kampung, Ihan Batak (jurung), ikan haporas, jeruk purut, daun sirih, itak gur-gur. Semua perlengkapan sesajen ini untuk persembahan ritual Manganjab.

Sesajen ini dipersembahkan kepada Ompu Mula Jadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Kuasa) dan Raja Sisingamangaraja supaya masyarakat kampung diberi kesehatan dan rezeki yang baik, serta dijauhkan dari segala bala dan penyakit. Dalam bahasa Batak disebut "Mangido Hasangapon, Hagaben, Hamoraon, Torop Ni Hajolmaon, Gabe Na Sinuan, Sinur Nang pinahan, Horas Dihajolmaon”

Tetua adat Saul Ambarita menyatakan ritual Manganjab ini rutin digelar sesuai kalender Batak pada bulan Mei setiap tahun oleh keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita. Saul menjelaskan biasanya ritual ini dimulai dengan Martonggo atau berdoa bersama dipimpin oleh Tetua Adat Oppung Moris Ambarita. Seluruh Masyarakat Adat ikut serta memanjatkan doa.

Setelah ritual selesai, Masyarakat Adat akan berbagi obat yang telah didoakan untuk ditaruh di ladang masing masing. Ritual memasang obat di ladang masing-masing ini disebut dalam bahasa Batak Mangase-ase.

Saul menambahkan pemasangan obat di ladang masing-masing dan dilengkapi dengan robu (masa istirahat tidak ke ladang dan ke hutan) seminggu sebelum dan sesudah hari pelaksanaannya. Kemudian, tiga hari tidak bisa ke ladang dan tiga hari tidak boleh ke hutan.

“Ini semua bagian dari prosesi ritual Manganjab yang bertujuan untuk memohon kesuburan tanah, sekaligus menolak bala dari hama penyakit pertanian,” kata Saul Ambarita usai menggelar ritual adat Manganjab yang dilaksanakan Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita Sihaporas (LAMTORAS) di Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada 24 Mei 2023.

Saul menerangkan tradisi ritual Manganjab ini merupakan tanggung jawab generasi muda untuk tetap melestarikannya. Pemuda adat selaku generasi penerus harus menjaga warisan leluhur ini secara turun temurun. Kemudian, Masyarakat Adat juga harus melestarikan hutan adat sebagai tempat tumbuhnya berbagai sumber keperluan untuk ritual.

Ketua AMAN Tano Batak Jhontoni Tarihoran mengatakan sangat senang bisa hadir mengikuti upacara ritual Manganjab di Sihaporas. Ia melihat ada kedekatan dan keterikatan yang sangat kuat Masyarakat Adat Sihaporas dengan leluhurnya.

“Ritual Manganjab ini menarik sekali, selain meminta kesuburan pertanian dan tolak bala, semua proses ritual ini juga terkait dengan hubungan Masyarakat Adat dengan alam, wilayah adat dan sesama,” kata Jhontoni.

Ia menambahkan tradisi ini juga menjadi kesempatan Masyarakat Adat Sihaporas terhubung, antara generasi muda, pemuda pemudi, anak-anak, dan para tetua adat. Bahkan, ada komunikasi langsung dengan leluhurnya sendiri. Menurutnya, tradisi ini penting sekali untuk dijaga dan dipertahankan.

Oppung Morris Ambarita juga menambahkan keterhubungan Masyarakat Adat Sihaporas dengan wilayah adat tidak bisa terpisahkan, di mana wilayah adat merupakan ruang hidup dan tempat ketersediaan segala kebutuhan untuk berlanjutnya ritual adat di Sihaporas.

Tujuh Ritual Batak

Oppung Morris menceritakan berdasarkan sejarah, Ompu Mamontang Laut Ambarita telah menempati kampung Sihaporas sejak tahun 1800. Sejak itu, ada tujuh ritual Batak yang harus dilaksanakan secara turun temurun. Konon, Raja Sisingamangaraja telah memberi sumpah untuk melaksanakan tujuh ritual tersebut

Ketujuh ritual tersebut adalah:

1. Patarias Debata Mulajadi Nabolon

Ini adalah pesta adat untuk memuji, memuliakan, dan menyampaikan persembahan kepada Sang Pencipta dengan diiringi musik tradisional gondang selama tiga hari dua malam. Ritual ini digelar setiap empat tahun sekali.

2. Raga-raga Na Bolak Parsilaonan

Ini adalah ritual doa permohonan dan persembahan kepada leluhur Ompu Mamontang Laut Ambarita, dengan diiringi musik tradisional gondang. Ritual ini juga digelar setiap empat tahun sekali.

3. Mombang Boru Sipitu Suddut

Ini adalah ritual doa permohonan dan persembahan kepada Raja Uti dan Raja Sisingamangaraja. Ritual ini digelar selama satu hari tanpa diiringi gondang.

4. Manganjab

Ritual doa ini dilakukan untuk memohon kesuburan dan keberhasilan dalam usaha bertani, sekaligus memohon agar dijauhkan dari segala macam hama dan penyakit pada tanaman. Ritual ini diselenggarakan di ladang (perhumaan) sekali setiap tahun.

5. Ulaon Habonaran i Partukkoan

Ritual doa melalui leluhur atau habonaran dan Raja Sisingamangaraja ini digelar dengan tujuan untuk menjauhkan kampung dari segala macam mara bahaya dan penyakit.

6. Pangulu Balang Parorot

Ritual ini dilakukan untuk berdoa kepada Sang Ada melalui penjaga kampung dan hadatuaon supaya penduduk kampung diberikan keselamatan dan dijauhkan dari segala bala.

7. Manjuluk

Ritual doa yang diselenggarakan sesaat sebelum mulai menanam ini dilakukan di gubuk atau ladang secara rutin.

Oppung Morris menyatakan sampai saat ini, generasi ke-11 dari Ompu Mamontang Laut Ambarita di desa Sihaporas masih tetap menjaga dan melaksanakan ritual adat tersebut.

“Bagi warga adat Desa Sihaporas, ritual-ritual ini adalah cara untuk menghormati Sang Pencipta dan leluhur,” ungkapnya.

Menutup Ritual Manganjab

Masyarakat Adat Sihaporas menggelar ritual Sang-Sang Robu di hutan adat "Harangan Sijobat" Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Kamis, 1 Juni 2023. Ritual ini untuk menutup masa istirahat, setelah ritual Manganjab yang melarang tiga hari tidak bisa ke ladang dan tiga hari tidak bisa ke hutan.

Di hari ke tujuh, pelaksanaan ritual ini diawali dengan kegiatan Martonggo atau berdoa kepada Mula Jadi Nabolon/ Sang Pencipta Alam, serta kepada leluhur. Ritual ini juga sebagai penghormatan dengan pengisi alam yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Olen Ambarita selaku Ketua Pelaksana Ritual Manganjab mengatakan bersyukur seluruh prosesi kegiatan ritual Manganjab dapat dilaksanakan dengan lancar, meski banyak tantangan dan kesulitan yang ditemukan di lapangan karena adanya aktivitas perusahaan PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Olen menyebut sampai saat ini PT TPL terus merusak Wilayah Adat Sihaporas yang berakibat tanah gersang, umbul air tercemar dan mulai mengering sehingga untuk memenuhi kebutuhan ritual semakin sulit. Karena itu, sebutnya, Masyarakat Adat Sihaporas berharap kepada pemerintah supaya mengakui hak-hak dan perlindungan Masyarakat Adat Sihaporas, demi keberlangsungan warisan leluhur Ompu Mamontang Laut Ambarita.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tano Batak

Tag : Tano Batak Masyarakat Adat Sihaporas Ritual Manganjab