Oleh Apriadi Gunawan

Gempa berkekuatan 6,6 skala richter (SR) yang mengguncang wilayah barat daya Sumur, Banten pada Jumat (14/1/2022), menyebabkan kerusakan sejumlah fasilitas umum, seperti sekolah, rumah ibadah, dan rumah warga, termasuk milik Masyarakat Adat.

Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam bencana tersebut, namun terdapat dua warga mengalami luka ringan di Kabupaten Lebak.

Henriana Hatra, Wakil Ketua AMAN Banten Kidul, menyatakan bersyukur tidak ada korban luka dan jiwa yang menimpa Masyarakat Adat meski sejumlah rumah milik Masyarakat Adat rusak.   

Ia mengatakan bahwa dari hasil pendataan sementara yang dilakukan pada Jumat (14/1/2022), terdapat delapan rumah yang rusak di Kecamatan Cirinten. Kedelapan rumah tersebut milik Ato, Jakaria, Armi, Marsim, Aden, Saepudin, Kamsah, dan Jali. Dari delapan kediaman itu, hanya rumah milik Armi yang mengalami rusak berat.

“Total kerugian dari kerusakan rumah milik Masyarakat Adat ini, (diprediksi) mencapai Rp155 juta,” kata Henriana pada Sabtu (15/1/2022).

Ia mengatakan bahwa saat ini para warga sedang menggalang dana untuk membantu perbaikan rumah yang rusak. Menurut Henriana, para korban gempa membutuhkan bantuan berupa bahan bangunan untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa.

“Jika ada bantuan, kami akan salurkan,” ujarnya.

Henriana juga mengakui kalau Masyarakat Adat yang terdampak gempa berkekuatan 6,6 SR tersebut masih trauma dan belum berani kembali ke rumah untuk sementara waktu.

“Sebagian besar Masyarakat Adat masih ada yang mengungsi ke rumah keluarga masing-masing. Mereka khawatir ada gempa susulan,” ungkapnya.

Bupati Pandeglang Irna Narulita menyampaikan bahwa terdapat sekitar 200 warga yang mengungsi akibat gempa. Namun, sebagian besar dari mereka saat ini telah kembali ke rumah masing-masing.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Sabtu (15/1/2022), jumlah rumah yang rusak akibat gempa mencapai 1.378 unit, meliputi 278 unit rumah rusak berat, 323 unit rumah rusak sedang, dan 777 unit rumah rusak ringan.

Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, melaporkan bahwa daerah yang paling terdampak gempa, adalah Kabupaten Pandeglang, di mana terdapat sebanyak 262 unit rumah rusak berat, 289 unit rumah rusak sedang, dan 663 unit rumah rusak ringan.

Selain Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang pun mengalami dampak yang serius, di mana terdapat 16 unit rumah rusak berat, 13 unit rumah rusak sedang, dan 108 unit rumah rusak ringan di Kabupaten Lebak serta 10 unit rumah rusak sedang di Kabupaten Serang.

Abdul Muhari menambahkan, guncangan gempa juga menyebabkan beberapa rumah di Jawa Barat mengalami kerusakan. Di Kabupaten Sukabumi, tercatat tiga unit rumah rusak sedang dan enam unit rumah rusak ringan, sedangkan di Bogor terdapat delapan unit rumah rusak ringan.

Gempa sebesar 6,6 SR yang terjadi pada Jumat (14/1/2022) pada pukul 16.05 WIB tersebut, memiliki episenter gempa yang berada pada 7,01 LS dan 105,26 BT atau sekitar 52 kilometer arah barat daya Sumur, Banten dan dengan kedalaman 10 km. Selain Banten dan Jawa Barat, goncangan akibat gempa tersebut juga dirasakan di DKI Jakarta dan Lampung.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga agar tetap waspada sebab gempa susulan diprediksi masih akan mungkin terjadi dengan skala yang relatif lebih rendah. Daryono, Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, mengabarkan bahwa ada 32 kali gempa susulan yang terjadi di Banten dengan kekuatan terbesar mencapai 5,7 SR dan paling kecil mencapai 2,5 SR.

***