Oleh Fuji Jannah

Sebanyak 500 orang peserta menghadiri penutupan kegiatan Sekolah Lapangan Kearifan Lokal (SLKL) yang ditandai dengan pagelaran Lawung Budaya Masyarakat Adat di Kampung Adat Dukuh, Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelat, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Lawung Budaya dilaksanakan selama tiga hari mulai 8-10 November 2023. Kegiatan yang menjadi program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini diikuti oleh enam komunitas Masyarakat Adat dari  kampung adat Dukuh, kampung Kuta Ciamis, Kampung Naga, Kasepuhan Gelar Alam, Kasepuhan Sinar Resmi dan Kasepuhan Cipta Mulya.

Kegiatan ini turut dihadiri Dewan AMAN Nasional region Jawa Henriana Hatra atau yang akrab disapa Kang Noci dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut Agus Ismal.

Ketua PH AMAN Simahiang, Abah Yayan menyatakan Sekolah Lapangan Kearifan Lokal (SLKL) ini merupakan program yang diadakan oleh Kemendikbudristek. Melalui program ini, katanya, generasi muda diharapkan dapat mengenal lebih dalam mengenai kebudayaannya. Selain itu, program ini juga dapat mengurangi kekhawatiran para sesepuh adat terkait penerus kebudayaan di daerahnya.

Abah Yayan menyatakan program SLKL ini cukup bermanfaat bagi Masyarakat Adat. Karenanya, sebut Abah, banyak harapan yang tertuang dari anggota komunitas Masyarakat Adat agar kegiatan ini bisa menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh Kemendikbudristek. Tidak hanya menjadi kegiatan yang hanya dilaksanakan sekali ini saja.

Ah ari kahoyong mah kegiatan kieu teh tiasa di ayakeun rutinan, tiap sataun sakali. Jadi meh langkung seeur anu apal oge kana kabudayaan – kabudayaan daerah,” kata Abah Yayan dalam bahasa daerah yang artinya “Besar harapan kegiatan ini bisa menjadi legiatan rutin tahunan. Agar semakin meningkatnya orang yang mengetahui kebudayaan – kebudayaan daerah”.

Lawung Budaya

Abah mengatakan akhir dari rangkaian program SLKL telah dilaksanakan pagelaran Lawung Budaya yang berlangsung selama tiga hari mulai 8 – 10 November 2023.

Dalam pelaksanaanya, pagelaran Lawung Budaya banyak menampilkan keragaman budaya dari masing-masing komunitas, salah satunya pertunjukan Gambang dan Karinding dari Kampung Adat Naga, pertunjukan angklung dari Lasepuhan Sinar Resmi, pertunjukan Gembyung dari Kampung Adat Kuta, pertunjukan Jipeng dari Kasepuhan Cipta Mulya, pertunjukan silat serta pertunjukan Tarebang Sejak dan Debus dari Kampung Adat Dukuh.

Abah Yayan menerangkan Lawung Budaya tidak hanya menampilkan pertunjukan adat, namun juga menampilkan berbagai kesenian lain berupa olahraga tradisional, permainan rakyat, bahasa dan ritus. Kegiatan ini ditutup dengan pengumuman juara lomba tumpeng dan kaulinan.

“Kita bersyukur, kegiatan Lawung Budaya ini telah sukses terlaksana,” ujarnya sembari menerangkan  Lawung Budaya ini salah satu bentuk kegiatan untuk mengumpulkan komunitas Masyarakat Adat. Lawung sendiri artinya ikat kepala, yang berarti mengingat tali silaturahmi Masyarakat Adat. 

Padil, salah seorang pandu budaya Kampung Adat Dukuh menyatakan selain merupakan rangkaian akhir dari SLKL, kegiatan Lawung Budaya ini juga memiliki tujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar beberapa kampung adat di Garut.

Janten hasil Sekolah Kearifan Lokal (SLKL) anu aya di kampung adat dukuh. Eta buktosna teh aya kegiatan lawung budaya keur ngaeratkeun silaturahmi kampung adat khususna di garut selatan,” kata Padil dalam bahasa daerah yang artinya “Jadi hasil Sekolah Kearifan Lokal yang dilaksanakan di Kampung Adat Dukuh, dibuktikan dengan adanya kegiatan Lawung Budaya untuk mengeratkan silaturahmi antar Kampung Adat, khususnya di daerah Garut Selatan.

***

Penulis adalh Jurnalis Masyarakat Adat dari Simahiyang, Jawa Barat

Writer : |
Tag : Masyarakat Adat Simahiyang AMAN Simahiyang